Monday, November 10, 2014

Tugas Perkembangan

Usia 2 tahun, saat mulai bisa bicara, pertanyaannya," Apa itu, Mi?"
Satu kali jawaban tidak memuaskannya, baru beberapa detik ditanyakan lagi benda yang sama. Bahkan sebelum selesai kita menjawabnya, seakan reflek mulutnya mengulang pertanyaan itu.

Aku biasa menjawab pertanyaan itu sampai 7 kali, nah pertanyaan ke delapan aku balikkan,"Emm, apa ini tadi ya?"

Biasanya dia spontan menjawab seperti kita menjawab pertanyaannya tadi.

Mengapa 7 kali? Wah lupa, dari mana sumbernya, yang jelas aku pernah mendapat informasi seperti itu, dan aku praktekkan. Ternnyata cukup ampuh untuk menanamkan info itu dalam memorinya.

Waktu terus berlalu, dengan begitu banyak perubahan-perubahan pada dirinya. Dari kecakapan motoriknya. bahasanya, daya nalarnya, kepekaan rasanya, hmmm, semua begitu indah dinikmati dari detik ke detik, menit ke menit, jam ke jam, hari ke hari, bulan ke bulan, tahun ke tahun.

Kerinduan yang sangat, ketika harus berpisah dengannya, walaupun hanya beberapa jam.

Khawatir ada perkembangan yang aku tak menyaksikannya.

Dan itu akan menimbulkan sesal, saat perkembangan itu orang lain yang menyaksikan dan aku hanya menerima laporannya.

Kini, menjelang 5 tahun, pertanyaannya tak lagi apa itu, apa ini, tapi lebih sering,"Kenapa sih...?"

Bukan hal sulit untuk menjawab pertanyaan-pertanyaannya, kalau hanya sekedar untuk menghentikan pertanyaan berikutnya, toh dijawab salahpun dia tidak protes.

Tapi bukan hal mudah, ketika kita menyadari bahwa jawaban yang kita berikan akan tertanam kuat dalam dirinya sebagai sebuah konsep yang mempengaruhi pembentukan karakternya.

Dan itu semua adalah tugas ibu, sebagai sekolah pertama dan utama.

Tak ada istilah berhenti belajar bagi seorang ibu, karena anak adalah anak, selamanya anak, berapapun usianya, apapun jabatannya. Dia akan mencari ibunya untuk bertanya tentang segala masalah hidup yang belum difahaminya, karena dia tahu, ibunya adalah gudang ilmu yang tidak pernah kosong. Pengalaman masa kecil mengajarinya begitu.

"Eh, ini anak pertama, ya Mbak?" mungkin ada yang bertanya begitu.

Bukan. Ini anak ke enam, yang kuperlakukan tak jauh beda seperti lima orang kakaknya. Hanya saja, untuk urusan dokumentasi dan deskripsi, siganteng ini yang kebagian sarananya.

2 comments: