Friday, November 21, 2014

Terlambat Jatuh Cinta

Heran! Beberapa hari ini terasa ada perubahan sikap suami.

Kok seperti orang yang sedang jatuh cinta?

Romantis!

Ada apa ya? Kalau menurut buku sih, ini sebuah tanda yang perlu diwaspadai! Tanda seorang suami menyembunyikan perselingkuhan! Nah lo!

Ups! Pede aja kaleeee! Bukankah ini yang dinantikan selama lebih dari dua puluh tahun? Ya dinikmati dulu tho! Yang lain urusan nanti, he he he.

Memang selama ini nggak romantis? Kok betah?

Sssst, bukan nggak romantis, tapi bentuk ungkapannya beda, nggak seperti yang di novel atau film itu lho.

"Umi ngrasa nggak, kalau belakangan ini Abi sering memperhatikan, terutama saat Umi bicara di forum?" kata suami, suatu malam.

"Owh ya?" Ups! Gayaku he he he, padahal yaaaa...ngrasa sih, cuma nggak dipikirkan.

"Abi perhatikan, Umi semakin cantik!"

What! Nggak salah dengarkah?

Tunggu-tunggu-tunggu, kenapa Abi mendadak romantis ya? Apa ada kaitannya dengan status yang sempat bikin heboh saat ketemu teman-teman yang sempat baca status itu ya?

Di akhir lelapnya, Umi merasakan Abi memandangi wajahnya dengan lembut dan mesra. 
Masih enggan membuka mata, Umi bertanya,"Belum bosan ya, 23 tahun liatin Umi seperti itu?" 
Sambil mengusap lembut tangan Umi, Abi berbisik,"Tidak akan pernah." 
Tentu saja hati Umi berbunga-bunga mendengar gombalan Abi. Ada bunga sepatu, kenanga, kantil, kenop, kemuning juga bunga matahari. 
Dengan malas-malas manja, Umi membuka matanya perlahan, ingin menatap wajah laki-laki yang telah melambungkan hatinya, tapi...wajah itu...kenapa yang duduk di sisinya justru laki-laki lain dengan wajah polosnya?
"Umi, Harish nggak ada temen." 
#plakk! efek mati lampu kelamaan 

Lah, konfirmasi dulu ah, takutnya kegeeran.

Dan ternyata sodara-sodara, benarrrr, aku yang kegeeran! Hu hu hu. Ini penjelasannya.

"Umi tau, Abi bukan tipe romantis yang seperti itu, dan begitu sebaliknya."

Plak! Serasa ditampar! Tapi...iya juga sih. Aku ini pemalu cie cie, atau gengsi? Entahlah! Tapi Abi benar dengan penilaiannya. Aku hanya ngarep diromantisin tapi nggak proaktif romantis duluan atau menyampaikan keinginan.

Aku hanya sibuk dengan diri sendiri, berusaha memahami dan menerima apa adanya. Kuno ya? Iya sih...tapi di situ ada sensasi dan romantisme yang lain, yang berbeda cieeeee.

Aku pilih komunikasi yang berbeda. Berusaha menikmati romantisme yang tersedia. Mau tau seperti apa? Ah, lain kali saja ya?

"Benar, kalau Umi merasakan sikap Abi yang berbeda. Abi tau harapan Umi, tapi nggak bisa spontan  melakukan itu sekedar menyenangkan, diupayakan. Jelas beda, ketika kita melakukan sesuatu yang murni karena bisikan hati dengan yang disebabkan motivasi dari luar."

"Trus, apa yang menyebabkan hati Abi seperti sekarang ini?"

"Umi perhatikan ibadah Abi belakangan ini?"

Aku mengangguk. Memang sejak Syawal kemarin banyak peningkatan ibadahnya, terutama tilawah Al Qur'an.

"Itu sangat berpengaruh pada kondisi ruhiyah. Ditambah dengan melihat anak-anak yang sudah besar dengan kelebihan-kelebihannya. Abi trus berfikir, itu semua tentu sangat berkaitan dengan pilihan Umi untuk menjadi orang rumahan. Abi sangat bersyukur. Ya nggak tau juga sih, rasa syukur itu mengimbas pada kondisi jiwa yang lebih siap menghadapi semua kesulitan hidup, juga pada sikap-sikap Abi, termasuk ke Umi. Semua itu tentu digerakkan oleh-Nya."

Berlinang air mata, menyadari yang terjadi sesungguhnya lebih membahagiakan dari apa yang kuduga.

Ahh, ternyata judul di atas kurang tepat, tapi bisalah agak dipaksa dikit supaya tepat, he he.

Bukan sekedar cinta, tapi itulah kasih sayang, mawaddah wa rahmah.

"Sini, Mi," katanya.

Aku menghampiri perlahan, lalu...

Cut!

No comments:

Post a Comment