Sunday, November 23, 2014

Mengapa Masih Menunda?

"Hari kemarin bukan lagi milik kita. Dia sudah berlalu dan tak akan pernah terulang.
Hari esok belum tentu kita jumpa, tak ada yang menjamin. Yang kita miliki hanyalah hari ini, mengapa masih menunda-nunda?"

Terasa menghujam di hati!

Setiap hari adalah istimewa. Tak ada sekalipun hari yang sama dengan segala peristiwa dan rasanya.

Shalat Dhuha hari ini rasanya berbeda dengan yang kita lakukan kemarin. Shalat Dhuha besok?

Siapa yang menjamin besok ada waktu shalat Dhuha untuk kita?

Tilawah malam ini berbeda sensasi dan getarannya dengan tilawah setelah Shalat di Subuh tadi.

Bagaimana dengan tilawah besok?

Siapa yang menjamin kita memdengar kumandang adzan di fajar besok?

Tak salah jika jiwa ini selalu menggesa untuk melakukan amal, karena kekhawatiran tak kan ada lagi kesempatan.

Sayang!

Kita sering abai dengan tuntutan jiwa.

Kita sering menganggap besok masih ada waktu, sehingga leluasa menunda sebuah amal shaleh yang bisa dilakukan sekarang.

Berita kematian yang setiap saat terdengar, tak juga menyadarkan.

Rasa sakit yang pernah menghampiri tak juga membangkitkan semangatnya saat kembali sehat.

Rasa sempit yang pernah membuat menangis, tak juga mampu mengingatkan saat lapang.

Hal-hal tidak penting kadang membuat rumit persoalan yang berujung pada penundaan amal kebaikan.
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Bersegeralah beramal sebelum datangnya rangkaian fitnah seperti sepenggalan malam yang gelap gulita, seorang laki-laki di waktu pagi mukmin dan di waktu sore telah kafir, dan di waktu sore beriman dan pagi menjadi kafir, ia menjual agamanya dengan kesenangan dunia.” (HR. Ahmad No. 8493)

Masihkah akan menunda?

No comments:

Post a Comment