Friday, December 11, 2015

Ngaji Dulu dan Kini

#Autokritik
Dulu, duapuluhan tahun lalu, pengajian dilakukan dengan sembunyi-sembunyi, tanpa hidangan, bahkan minum segelas pun. Kalau bawa anak kecil, bawa minum dan makanan sendiri, sekedar sianak tidak rewel dan mengganggu acara.
Itu sebuah cermin kesungguhan dalam kajian.
Dulu, dianjurkan tidak minum selain air tawar. Selain sehat, juga mencegah ketegantungan terhadap sesuatu, terutama selera dan gaya hidup.
Sebagai salah satu upaya melepaskan diri dari segala keterikatan kecuali kepada Allah. Agar kita siap menghadapi situasi terburuk sekalipun.
Apa yang dipelajari berusaha segera diamalkan.
Kini...
Di sebuah rumah makan lesehan, di hadapan hidangan yang dipesan sesuai selera masing-masing, salah satu peserta membacakan sebuah buku tentang saling tolong menolong. Di dalamnya ada sebuah hadits tentang itu.
Hmm.
Benar! Hanya sekali-sekali, tetapi dari setiap apa yang terjadi selalu terselip peringatan saat kita terlupa.
Apakah memang kondisi ekonomi sudah berubah? Kondisi siapa? Peserta kajian atau masyarakat? Atau kualitas kajiannya yang standarnya bergeser antara iman, ilmu dan amal?
#sebuah renungan diri untuk memahami situasi.

No comments:

Post a Comment