Monday, December 7, 2015

Menyikapi Kondisi Yang Tidak Biasa

Lahir---kanak-kanak---remaja/dewasa---menikah---punya anak---tua---wafat.

Demikian fase kehidupan manusia umumnya.

Tapi pada kenyataannya, entah karena sebab yang diketahui atau tetap jadi misteri, tidak semua kita menikmati fase itu dengan sempurna.

Ada fase yang terlewati atau terputus di salah satu titik sebelum mencapai akhir.

Seharusnya tidak masalah jika tidak mendapatkan salah satu fase, karena dari setiap kesempatan itu selalu ada konskuensi dan tanggung jawabnya (kecuali fase lahir&kanak-kanak)

Kenyataannya, tak semudah itu menjalani, terutama jika dikaitkan dengan perasaan.

Bagi yang tidak menikah sampai masa tua, tentu ada rasa tak nyaman di saat-saat tertentu, karena salah satu nalurinya tidak tersalurkan dengan sempurna. Entah itu saat memperhatikan teman-teman yang sudah berkeluarga atau saat ada yang menanyakan kabarnya. Apalagi kalau bertemu dengan orang yang rasa ingin tahunya berlebihan, hhhh!

Atau, berkesempatan menikah, tapi tidak mendapatkan keturunan. Juga tidak mudah menjalaninya. Bisa jadi ada perasaan tidak sempurna yang berpotensi menimbulkan rasa rendah diri.

Semua itu rahasia Allah, memberikan takdir spesifik pada setiap hamba. Tugas kita adalah bersikap sebaik-baiknya: berusaha menerima itu dengan lapang dada setelah ikhtiar maksimal kemudian menjadikannya sebagai peluang beramal shaleh.

Banyak orang tidak menikah sampai akhir hayatnya tapi mampu menoreh sejarah luar biasa, misalnya Nabi Isa, Ulama Hasan Al Basri (kalau nggak salah 😃),Khalil Gibran, Bunda Theresa, dll.

Yang tidak diberi keturunan pun dapat mengambil peran dalam upaya memunculkan generasi berkualitas, misalnya dengan mendidik mereka, memberi beasiswa, menjadikan anak asuh, dll.

Tak semua yang kita harap akan terwujud, karena ada Dia yang berkuasa menyempurnakan kehendak-Nya.

No comments:

Post a Comment