Friday, December 18, 2015

Bicara Tentang Surga

Setelah dewasa, mungkin aku bukan penghayal yang baik. Tak mampu membayangkan surga seindah gambaran ayat-ayat Al Qur'an.
Tapi aku tidak kecewa dengan payahnya daya fantasiku. Karena Rasulullah pernah mengatakan bahwa keindahan surga melebihi keindahan yang mampu dihayalkan manusia.

Aku cukup bahagia karena pernah menghayalkan surga saat kanak-kanak sebelum usia 10 tahun.

Ngobrol dengan teman sambil bergelantungan di pohon jambu kluthuk.

"Di surga nanti, kalau kita pengen makan bakso, tinggal menjentikkan jari, dalam sekejap malaikat mengantarkan bermangkok-mangkok sampai kita puas,"celotehku.

"Kalau aku mau makan anggur setiap hari," timpal temanku yang lain.

"Di surga nanti kita bisa ganti-ganti pakaian indah seperti putri raja, dengan mahkota bertaburan permata," kicau temanku yang lain.

Sebatas hayal? Benar!

Kini, dalam nalarku, pengetahuan surga tak perlu dipanjang-panjangkan, cukuplah sebagai janji Allah, sebagaimana juga halnya neraka. Janji yang tak perlu diragukan, karena janji Sang Khalik Yang Maha Kuasa sangat berbeda dengan janji manusia yang kikir dan tanpa daya kecuali dengan kekuatan-Nya.

Yang sering memenuhi imajiku saat ini adalah saat hari perhitungan, dimana semua yang kita celotehkan dan lakukan, sebagai hasil dari apa yang kita pikirkan, akan dihisab tanpa ada yang bisa terselip sedikitpun.

Saat dimana aku akan merasakan malu yang sangat menyaksikan adegan-adegan yang diputar ulang, dimana pembangkangan, kemaksiatan dan sikap kesombonganku saat udara dunia masih kuhirup.

Malu melihat begitu minimalisnya ibadah dan ketaatan yang mampu kulakukan.

Malu, karena begitu banyak waktu berlalu dalam kesia-siaan.

Aku ingat seorang teman mengatakan, kebahagiaan dunia adalah dp surga yang sesungguhnya. Tak akan menikmati surga di akhirat orang yang tak pernah menikmati indahnya surga dunia.

Apa surga dunia?

Indahnya saat mampu bersyukur atas karunia-Nya, indahnya saat bersabar saat dalam musibah, manisnya qonaah saat dalam ketiadaan, tenangnya hati saat munajat kepada-Nya, bahagianya saat mampu melakukan sedikit ketaatan dan terhindar dari kemaksiatan.

Itu sebagian surga yang realistis saat ini sambil menantikan realisasi dari janji Allah, surga yang sesungguhnya. Yang keindahannya tak terjangkau oleh daya hayal manusia, yang takkan mampu diungkap kata-kata penyair hebat manapun.

Yang keberadaannya hanya diakui oleh setitik iman di hati.

No comments:

Post a Comment