Friday, May 27, 2016

Bukan Senang Hutang Budi

Adakalanya kita dalam posisi memberi, tapi suatu saat diberi kesempatan sebagai penerima kebaikan orang lain.

Pernah merasakan di posisi sebagai penerima? Bahkan sering? Atau selalu di posisi itu di hadapan orang tertentu?
Bagaimana jika saat itu ada yang mengatakan kita orang yang cuek, tidak berperasaan? Santai saja menerima budi baik?

Sedih, ya?

Padahal, alangkah berat rasa di hati kalau perhitungannya adalah budi balas budi, memberi satu menerima satu, diberi dua mengembalikan dua, tidak akan selesai perhitungan seperti itu.

Memang benar, dianjurkan membalas kebaikan dengan yang lebih baik, minimal sama baiknya.

Tapi pada kenyataannya, kehidupan orang perorang tidak sama. Ada yang diberi kelebihan harta, ada yang ilmu, tenaga, waktu, dll.

Dalam kebersamaan, kita harusnya saling memberi dan menerima sesuai kemampuan. Yang punya kelebihan harta, berbagilah dengan hartanya dan jangan berharap dibalas oleh yang menerima, bertransaksilah dengan Allah, karena yang menerima hanya sebagai perantara transaksi itu. Justru harusnya berterima kasih, karena tanpa ada yang mau menerima, maka tidak akan ada transaksi dengan Allah.

Begitu pun yang menerima, bersyukurlah, itu bagian dari rizki, tidak perlu malu menerima, selama kita tidak meminta. Kesediaan kita menerima sebagai memberi kesempatan orang lain berbuat baik. Bayangkan jika kita sebagai orang yang berniat baik memberikan sesuatu, kemudian pemberian itu ditolak, bagaimana perasaannya? Sedih, kan?

Manusia diciptakan untuk saling tolong menolong, saling memberi kesempatan berbuat baik. Kaitkan semuanya sebagai ibadah kepada Allah. Innalillahi wa inna ilaihi rojiun. Semua berasal dari Allah dan akan kembali kepada-Nya.

No comments:

Post a Comment