Monday, November 9, 2015

Sikap Pemberi Hutang

Mungkin tak ada manusia yang ingin terlibat hutang, tetapi kehidupan mengantarkannya pada syariat yang dibolehkan ini.

Ghalibnya, seseorang akan berhutang karena harus memenuhi kebutuhan tapi tidak ada kemampuan finansial, sedangkan yang memberi hutang biasanya mempunyai kelebihan dari yang dibutuhkannya.

Awalnya, masalah hutang-piutang ini sederhana, dia bagian dari tolong-menolong yang dianjurkan,  jika sesuai dengan prosedur yang sudah diatur:

1. Penghutang membutuhkan sesuatu (biasanya uang)
2. Yang memberi hutang mempunyai sesuatu itu dan ikhlas menghutangkannya.
3. Ada pencatatan hutang yang dihadiri saksi, berisi jumlah yang dihutang, tenggang waktu pembayaran, bila perlu konskuensi bila tidak tepat janji.

Masalah menjadi rumit ketika yang terjadi tidak sesuai dengan yang direncanakan, hutang belum dibayar saat jatuh tempo.

Banyak faktor penyebab dan sikap penghutang yang tidak tepat waktu dalam pembayaran.

Masalah akan semakin rumit  saat hutang tidak murni hutang, tapi menyangkut perdagangan dsb.

Ada beberapa sikap yang biasanya diambil oleh pemberi hutang saat terjadi hal di atas:
1. Mengingatkan/menagih
2. Membiarkan.
3. Membawanya ke ranah hukum.
4. Berjanji tidak akan memberinya hutang lagi.

Sebagai yang memberi hutang, kita boleh memilih sikap, tentu dengan pertimbangan yang matang, hanya satu hal yang perlu diperhatikan, jangan sampai niat awal kita menolongnya rusak karena sikap yang kita ambil menghilangkan keikhlasan, menambah dosa, mengotori dan menyakiti hati sendiri.

Jika kita melihatnya dari kaca mata keimanan, banyak catatan yang bisa kita buat berkaitan dengan masalah ini:
1.  Beriman kepada takdir, tak kan ada yang terjadi tanpa perkenan-Nya.
2. Niatkan segala kebaikan, menolong, semata karena Allah, sebagai wujud rasa syukur atas perkenannya berada pada posisi tangan di atas. Allah takkan pernah lupa membalas setiap amal  baik hamba-Nya.
3. Hindari kepanikan dan amarah saat terjadi hal-hal yang tidak disukai, karena itu berpotensi  melakukan tindak anarkis.
4. Rizki Allah sangat luas, bisa jadi hutang tidak kembali tapi Allah sudah menggantinya dengan berlipat-lipat dalam wujud dan cara lain.
5. Kita tidak tahu esok hari akan sepeti apa, bisa jadi Allah akan menguji kita di masa depan dengan ujian yang sama dengan yang di alami penghutang sekarang.
6. Ini juga ujian, apakah dengan kejadian seperti ini kita tidak mau lagi menolong orang lain yang kesulitan karena trauma, takut mengalami nasib yang sama.

.

2 comments:

  1. kalo mau berhutang harus hati2 ya mba, jangan sampai berhutang pada rentenir, berbahaya. Harus dipikirkan masak2

    ReplyDelete
  2. Benar Santi Dewi, selain memberatkan juga nggak berkah.

    ReplyDelete