Tuesday, November 10, 2015

Menjadi Pendamping Perubahan Yang Disukai

Tema diskusi di beranda fb pada 9 Nopember 2015

Jika...jika, yaaa

Kamu merasa mempunyai kebiasaan bahkan cenderung kecanduan dengan suatu perbuatan yang tergolong maksiat, tapi menurutmu itu bagian dari naluri yang wajar diikuti dan kamu ingin berubah dan meninggalkan hobi itu.
Dalam prosesnya kamu butuh seseorang untuk mendampingi.

Pertanyaannya : Sikap apa yang kau harap dari sang pendamping?

Misal :
1. Dia sering berikan dalil2 yg menunjukkan bahwa perbuatan itu maksiat dan memintamu untuk segera menghentikannya.
2. Dia berusaha memahami bahkan membiarkanmu tetap melakukannya, tapi sering diajak membahasnya, sampai kamu memutuskan sendiri kapan berhenti total.
3. Menakut-nakuti dengan dosa dan akibat buruk dari perbuatan itu.
4. Dll.

Dari beberapa komentar yang masuk, bolehlah kita simpulkan beberapa hal sebagai pegangan jika suatu saat kita berkesempatan menjadi pendamping.

1. Posisikan diri sebagai sahabat yang menginginkan perubahan sikap ke arah yang lebih  baik.

2. Sebagai pendamping, upayakan kita memahami karakternya, agar dapat memilih sikap yang tepat dan efektif. Bisa dicoba dengan dosis ringan, misal membahas sedikit dalil untuk mengukur reaksinya, kalau terlihat dia nggak suka, bersabarlah untuk tidak mengeluarkan dalil, atau ambil substansi dalil dan pilih ungkapan logis, sehingga lebih enak diterima.

3. Ada orang yang suka dibimbing dengan cara pertama, karena dengan begitu dia merasakan kesungguhan dalam upayanya untuk berubah. Tapi ada juga yang tidak suka, karena merasa dipaksa atau ditekan, terlebih dia tahu, pembimbingnya pernah melakukan hal yang sama.

4. Kebanyakan orang suka dengan cara yang kedua, ingin dipahami dan dimaklumi, dibimbing tapi tidak didikte, sampai tumbuh kesadarannya untuk melakukan perubahan. Dibutuhkan kesabaran dan kekuatan mental untuk tidak terlarut.

Terlepas dari cara, satu hal yang perlu ditanamkan padanya, tentang naluri. Banyak sekali naluri atau kecenderungan manusia yang menyertainya, seperti kecenderungan pada kebenaran, mencintai, membenci, keluh kesah, kikir, dll.
Semua naluri itu juga bagian ujian kehidupan, semuanya harus proporsional dan pada tempat yang seharusnya.

Mengajak kepada kebaikan memang bukan pekerjaan mudah, karena bersentuhan langsung dengan jiwa manusia. Itu sebabnya, kita tidak bisa mengabaikan keterlibatan Allah dalam prosesnya, karena Dialah yang menggenggam jiwa dan membolak-balikkan hati manusia.

No comments:

Post a Comment