Wednesday, January 21, 2015

Buku atau Gadget?

Buku dan gadget , keduanya memberikan manfaat dan bisa juga mendatangkan mudharat.

Dulu, rasanya gimanaaa, gitu, kalau dibilang kutu buku, he he he, merasa jadi anggota golongan orang-orang cerdas.

Ke mana pergi, buku menjadi bekal utama. Di mana berada, buku menjadi teman setia. Apapun masalahnya, buku menjadi tempat bertanya dan penghilang dahaga ilmu.

Ada rasa puas ketika berhasil menyelesaikan Sirah Nabawiyah dengan berbagai versi, hasil karya beberapa ulama besar. Tak akan diletakkan sebelum sampai halaman terakhir sebuah novel petualangan atau detektif. Hal yang sangat biasa ketika ngobrol dengan teman membicarakan dan saling berbagi cerita tentang isi buku yang dibaca.

Perpustakaan merupakan tempat favorit jika ada waktu luang, hemat biaya dan menambah ilmu.

Itu dulu!

Bagaimana dengan sekarang?

Tidak menafikan sebagian, tapi sepertinya orang sekarang lebih senang bersahabat dengan gadget dibanding buku.

Ke mana pergi, gadget tak boleh tinggal, sekaligus dengan chargernya. Bila perlu ditambah perangkat power bank, agar tak putus saat kehabisan energi. Serasa hilang pegangan, jika gadget tertinggal atau hilang.

Tak masalah jika tertinggal mushaf Qur'an atau buku bacaan, toh di dalam gadget sudah tersedia. Butuh informasi aktual, Google siap memberikan. Jadi, kenapa mesti repot?

Benarkah gadget sudah selayaknya menggantikan posisi buku sepenuhnya?

Dari sisi kepraktisan, ok, sepakat, gadget lebih unggul dari buku.

Sebuah gadget bisa digenggam dengan satu tangan, bisa dimasukkan kantung baju atau tas mungil. Berisi informasi relatif lengkap bahkan bisa berhubungan dengan banyak orang.

Tapi, bagaimana jika dikaitkan dengan aktivitas membaca?

Seberapa lama kita mampu membaca tulisan panjang di monitor gadget? adakah yang mampu membaca ebook berlembar-lembar seperti halnya membaca buku?

Dalam membaca buku, tidak selamanya lancar, dalam artian langsung paham apa yang dibaca. Sering terjadi, saat membaca, perlu membuka halaman sebelumnya untuk lebih memahami isi bacaan. Bagaimana saat membaca ebook? Keterbatasan gadget kadang membuat kita malas kembali ke beberapa halaman sebelumnya.

Bagi orang yang gemar membaca, kekayaan materinya biasanya berupa perpustakaan pribadi. Ke mana pergi, oleh-olehnya buku. Mudah sekali menemukan buku di setiap ruang rumahnya.
Dari jenis buku yang mendominasi, kita bisa melihat seperti apa kepribadian dan keilmuan pemiliknya. Tapi dari jenis gadget yang dimiliki, mungkin kita bisa mengukur kemampuan ekonominya.
yang
Jadi?

Gadget memang perlu, tapi tak perlu sampai menggantikan buku!

Terutama buku-buku standar sebagai pegangan, yang sewaktu-waktu dibutuhkan, seperti Al Qur'an dan terjemah, beberapa buku tafsir Qur'an, beberapa buku hadist shahih, buku kajian tauhid, fiqh, sejarah kehidupan Rasul dan sahabat dan karya-karya ulama terdahulu.

Lho? Bagaimana dengan novel?

Tidak dilarang! Kita butuh karya berjenis novel atau kisah penuh hikmah, karena biasanya lebih mudah mencernanya. Tapi tidak mencukupkan hanya dengan jenis yang kita anggap ringan, karena semakin terbiasa kita mencerna bacaan yang dianggap berat, semakin mudah kita melahap jenis buku apapun.

Ada yang bangga saat menyukai buku-buku filsafat (he he, pengalaman), karena tidak semua orang sanggup mencernanya dengan mudah. Tapi, apa yang didapat? Kalau yang dibaca hanya filsafat murni, tanpa diimbangi dengan bacaan yang bernafaskan wahyu Ilahi, tentu lumayan mengkhawatirkan. Terutama untuk pemula dan tanpa pembimbing.

Mungkin, ada baiknya kita tengok isi perpustakaan pribadi masing-masing. Jenis buku apa yang mendominasi? Seberapa banyak kekayaan yang sudah kita kumpulkan di dalamnya? Bandingkan dengan benda-benda lain yang ada di rumah kita, lebih banyak mana? Buku? Guci? Perkakas rumah tangga? Emas permata? Kendaraan?

Jangan bilang : yang penting baca, bukan punya!



2 comments: