Thursday, June 2, 2016

Membiasakan Peka Pekerjaan Rumah Tangga

Sedih itu kalau melihat anak sudah besar tapi kadang kurang peka dengan pekerjaan rumah.

Lha, di rumahnya sendiri nggak perhatian, bagaimana di rumah orang lain?

Ada apa ini? Adakah yang terlewat saat meneladankan, memberi pengertian atau keliru dalam mengapresiasi?

"Malu, ada lima perempuan di rumah ini, sampai Abi masak nasi!"

"Nggak tau, Mi, kalau nasinya habis."

Nah!

Itu tanda kurang peka, kan?

"Masak, sih anaknya sudah besar-besar, Umi masih nyapu?"

Hayoooo, anak siapa yang seperti ini?

Mungkin hal seperti ini dianggap wajar, karena kebanyakan anak sekarang diarahkan mengoptimalkan waktunya untuk sekolah, privat atau kursus. Sisa waktunya dipakai untuk update informasi di medsos. Tidak ada lagi waktu untuk urusan rumah tangga, yang sebagian keluarga memiliki asisten untuk membereskan semua urusan itu.

Yang jadi masalah, adakah jaminan kehidupan anak-anak itu akan selalu sejahtera? Semua bisa menggaji asisten untuk mengatasinya? Bagaimanapun mereka semua akan berumah tangga, akan menghadapi semua urusan itu, dari membereskan rumah, memasak, dll.

Jika mereka tidak terlatih, siapa yang akan menjadi korban?
Orang yang ada di sekitarnya!
Harusnya ada adaptasi kilat antara suami istri, agar tidak menjadi kebiasaan dan kenyamanan dengan kondisi rumah yang selalu berantakan. Semakin ditunda, semakin sulit diperbaiki. Kalau belum punya anak saja rumah selalu berantakan, bagaimana kalau sudah hadir anak-anak yang bisa jadi tidak sedikit dan jaraknya dekat? Harusnya terjalin kolaborasi antara suami istri, kalau suami termasuk tipe yang cuek, maka istri mengimbanginya dengan lebih rajin dan rapi, jangan sampai suami malas, istri mengimbahgi dengan kemalasan juga, sempurna deh, amburadulnya.

Sebagai orang tua, sepertinya kita perlu mengevaluasi dan belajar dari pengalaman orang lain yang lebih senior.

No comments:

Post a Comment