Thursday, June 16, 2016

Membaca Pikiran Orang Lain

Bisakah kita membaca pikiran orang lain?

Mungkin ada ilmu tentang itu, salah satu metode yang digunakan para psikolog, psikiater atau konsultan lainnya dalam upaya menggali data kejiwaan kliennya. Tapi, bisakah dijamin kebenarannya? Misalnya pun benar, sepertinya hanya mencakup sebagian kecil dari pikiran yang sesungguhnya.

Sepertinya, pikiran manusia begitu sulit diukur kedalaman, ketinggian dan keluasannya. Mungkin melebihi dalamnya samudra, tinggi dan luasnya langit, karena pikiran manusia ada yang menembus batas ukuran yang kasat mata, menjelajah alam ghoib.

Luar biasa memang, ciptaan Allah yang bernama pikiran!

Kita tidak bisa menyamakan pikiran orang lain dengan ukuran sendiri, sangat tergantung pada pengalaman hidup, wawasan ilmu dan ketrampilan melatih logika berpikirnya.

Kita hanya bisa meraba kedalamannya melalui sikap yang ditampakkan, bahasa tubuh, ucapan atau tulisannya, itupun setelah terjadi pengulangan dengan karakter yang sama.

Itu sebabnya kita dihimbau untuk tidak mudah berprasangka, karena sering terjadi kesalahan dalam sangka-sangka itu.

Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. . . (Terjemah QS.Al-Hujurat : 12)

Dalam menentukan hukuman, seharusnya berdasarkn bukti-bukti dan saksi yang terpercaya, bukan sekedar prasangka dan permainan logika yang menjebak. Dikhawatirkan, bukan keadilan yang ditegakkan, justru fitnah yang menyebar dan meresahkan masyarakat.

Kita tak akan mampu menjangkau pikiran orang lain, bahkan milik sendiri pun sulit mengukurnya. Listasan-lintasan yang berkelebat, sering membuat kita ragu dalam banyak hal. Pagi berkata a, sore berpendapat b.

Lebih baik hindari percaya sepenuhnya pada manusia biasa karena suatu saat sangat mungkin pikirannya berubah. Sangat mungkin kita akan selalu kecewa saat berharap pada manusia, karena memang seharusnya tempat menggantung asa hanya Allah yang Maha Kuasa atas segala sesuatu.

Satu hal pasti bahwa logika kita sangat terbatas dalam menguasai ilmu yang Allah berikan, apalagi kalau sudah menyangkut Dzat Allah dan kekuasaan-Nya. Berendah diri akan sangat menyelamatkan kita dari jebakan kebebasan berpikir yang kebablasan.

No comments:

Post a Comment