Sunday, September 20, 2015

Nasib Tulisan Di Media

Pernah terfikir tulisan kita yang dimuat media akan bernasib seperti ini?


Sebagai bungkus cabe?

Hari gini masih ada bungkus seperti itu?

Ha ha ha, jangan heran. Warung-warung dan mbak sayur masih menggunakan kertas, utamanya koran untuk membungkus cabe, bawang, jahe dan teman-temannya.

Dari tahun 80an hal ini sudah dapat ditemui, bahkan ada kenangan tersendiri tentang hal ini.

Saya suka membaca saat sudah bisa membaca, sayang saat itu tidak mudah memenuhi kesukaan itu, terkendala banyak hal untuk mendapatkan bahan bacaan. Kadang bacaan bapak, yang seorang guru, lahap saya baca saat ada kesempatan. Tak ada klasifikasi, mana bacaan anak, remaja atau dewasa, kalau ketemu kertas ada bacaannya langsung dilalap. (Bukan kertasnya, lho ya 󾌰). Juga saat bertugas menyapu halaman, ketemu kertas, jongkok dulu, membacanya, lalu lanjut nyapu.

Kalau ibu bongkaran belanjaan sepulang dari warung, maka kertas bungkusnya saya baca dulu sebelum diremas lalu dimasukkan api ditungku.

Bagaimana kalau di kertas itu ternyata tulisan kita sendiri?

Sebagai tulisan, tentu nasibnya mengikuti kertasnya, tapi secara ide, jangan khawatir, bahkan lewat tulisan di bungkus cabe pun sesrorang bisa mendapatkan inspirasi dan motivasi, selama isi tulisan itu baik. Begitu sebaliknya, ide buruk yang dituliskan, bisa berpengaruh negatif bagi pembacanya.

Bagaimana dengan tulisan kita yang bersliweran di beranda fb, yang tentu saja pemilik beranda sengaja membukanya?

No comments:

Post a Comment