Sunday, September 27, 2015

Lagi Jadi Muslimah Nyebelin

Sebagai calon peserta, mungkin saya terlalu naif. Tidak mencari tahu siapa penyelenggaranya. Hanya berdasarkan informasi salah satu teman fb yang pernah bertemu, memutuskan untuk ikut dan langsung mendaftar.

Bukan apa-apa, ini acara yg memang saya tunggu, mendengar langsung ilmu dari Asma Nadia, salah seorang penulis yang hasil karyanya sudah tidak diragukan lagi kualitasnya.

Pagi, segera menyelesaikan urusan rumah dan anak-anak yang akan mengikuti acara outbond. Kemudian langsung menyelesaikan satu agenda, selesai jam 08.15, langsung ke lokasi seminar.

Lokasi dipindahkan ke aula diklat RSUAM, agak susah juga mencarinya, di lokasi gedung-gedung rumah sakit, nylempit ha ha ha. Itupun ketemu setelah tanya pada petugas, kata panitia sih ada yang tugas di gerbang, tapi saya tak melihatnya karena berkendara motor sendiri, pandangan lurus ke depan.

Setelah ketemu, langsung regristasi, beres jam 8.30, sayang harus menunggu sambil berdiri karena aturan panitia, peserta masuk bersamaan, sekitar jam sembilan.

Hufft! Salah masuk nggak ya?
Biarin deh! Pesertanya kebanyakan mahasiswa, gaya acara juga anak muda, sampe jam 10.11 acara inti belum mulai.

Yah, bagi saya sih kebanyakan asesoris. Soalnya memang yang saya tunggu adalah ilmu dari Asma Nadia. Mungkin acara2 pendamping itu dibutuhkan untuk refreshing.

Jam 10. 40, pemberitahuan, pembicara kedua tidak bisa hadir.
MC duet yang lincah, cukup membantu situasi menunggu. Huuuuh! Sangat tidak enak,untunglah batere tab masih ada, walau nggak tau, tahan sampe kapan. Kok acaranya seperti thalk show di tv ya? Loh, malah bagus, kan? He he.

Sekitar jam 11, Mbak Asma masuk dan tanpa banyak basa-basi langsung memperkenalkan diri. Mengisi acara sampai jam 12.

Memperkenalkan diri dan keluarga. Subhanallah, bagaimana sang suami, Isa Alamsyah yang hampir tidak pernah tidur. Putrinya, Salsa usia SLTP sudah dapat royalti 12 juta/ 3 bulan.
Adam, kelas 5 SD minta diajari menulis karena merasa kurang kompak sebagai keluarga penulis. Gimana nggak sukses dengan kualitas ikhtiar yang seperti itu? Dan sungguh memotivasi, membayangkan enam orang anak saya yang hafidz qur'an semua, penulis semua dengan profesinya masing-masing, aamiin ( tolong aminkan, ya). Tentu akan semakin berkah hidup ini.

Mbak Asma juga berprinsip, untuk setiap bukunya:

1.  Bukan sekedar ide bagus, tapi untuk pemula disarankan, saat dapat ide langsung tulis, tapi untuk diterbitkan benar-benar harus dipikirkan, kenapa ide ini yang ditulis?

2. Berasal dari keresahan, karena dari keresahan ada yang harus dicarikan solusinya.

3. Buku sebagai kebutuhan, bukan sekedar hiburan / waktu luang.

Mbak Asma juga memotivasi peserta dengan membahas sedikit isi buku No Excuse.

Saat istirahat menemui panitia, belum memberi apresiasi positif langsung memberi masukan berdasarkan kekurangan penyelenggaraan. Untung panitianya ramah, he he, maaf ya Mbak Panitia, ini emak-emak lagi sensi dan nyebelin.

Sesi kedua mengupas sebagian isi buku 101 Dosa Penulis Pemula.
Beda sih, membaca sendiri dibanding dengan ulasan langsung dari ahlinya, tapi kalau kita sudah baca bukunya, saat pembahasan akan lebih nyambung dan menguatkan pemahaman.

Satu hal penting yang harus dipahami penulis agar konsisten, carilah motivasi yang kuat, mengapa harus menulis.

Setiap kita punya motivasi itu, tapi kalau tidak kuat, biasanya mudah down saat menemui hambatan.

Saya punya motivasi kuat dalam menulis, agar pesan baik yang  ditulis berumur lebih lama dan banyak yang menerima. Saat saya sebagai orang tua mengajarkan kebaikan pada enam orang anak, memotivasi mereka, jika disampaikan dengan lisan, ya hanya mereka yang mendengar dan pesan itu masuk dan dilaksanakan pun perlu diulng-ulang. Nah, kalau pesan-pesan itu saya tulis, semoga lebih banyak yang mendapat manfaatnya.

Ciri orang berkualitas, saat bicara hampir tidak ada kata yang sia-sia, dan itu termasuk Mbak Asma. Kalau semua hal penting itu saya tuliskan, wew! Kasihan nih jari, cape. Biarlah peserta lain yang mungkin berkenan menambahkan.

Saat Mbak Asma keluar ruangan, saya ikut keluar, menyalaminya, cipika, cipiki, tapi nggak ngomong apa-apa. Mungkin mbak Asma heran, nih nenek-nenek SKSD banget, ha ha ha, bisa jadi beliau lupa kalau buku hasil karya nenek yang satu ini pernah selfi bersamanya.

Benar-benar saya sebal dengan diri sendiri, tak mampu memanfaatkan moment penting ini untuk mendapatkan manfaat lebih  banyak. Foto bersama beliaupun, tidak. Bertanya sesuatu di forum juga tidak. Promosi apalagi. Kadang suka berfikir, ini sifat pemalu atau kurang percaya diri, ya? Nggak apa apa, deh, yang penting sudah dapat ilmunya, semoga pertemuan dengan beliau tadi juga berkah.

1 comment:

  1. Penampilan Mbak Asma itu selalu sederhana tapi tetap Anggun ya.

    ReplyDelete