Thursday, June 25, 2015

Potensi Keperempuanan

Kemarin berkesempatan memberi tausiah pada peserta pesantren liburan tahfidzul qur'an. Tema yang dibicarakan adalah anak sholeh/ah adalah kebahagiaan bagi orang tuanya. 

Dalam tausiah itu diselipkan cerita tentang seorang anak yang selalu menggendong ibunya ke mana-mana, termasuk saat thawaf mengeliingi ka'bah. Anak tersebut menanyakan kepada Rasulullah Saw, apakah yang dilakukannya itu bisa membalas jasa ibunya?

Rasulullah Saw mengatakan, bahwa dia adalah anak yang sholeh, tapi sebanyak apapun kebaikan yang dilakukan, tidak akan membayar lunas semua apa yang pernah dilakukan dan diberikan ibunya kepadanya. 

Kemudian kami mencoba hitung-hitungan, jika ASI satu gelas dihargai lima ribu rupiah saja, dengan hitungan sehari semalam ASI yang diberikan sepuluh gelas, maka dalam jangka waktu dua tahun harus diganti seharga Rp 36.500.000.

Jika sekali mengganti popok/ celana karena pipis dibayar 2dua ribu, setiap hari pipis 10 kali, maka dua tahun harus dibayar sebanyak Rp14.600.000.

He he he, maaf kalau tidak cocok dengan hitungan, itu hanya spontanitas hitungan dengan anak-anak usia praremaja.

Bagaimana dengan memandikannya, membersihkan bekas muntahnya, membereskan mainannya?

Dan satu lagi yang tidak akan bisa diuangkan atau dibayar dengan apapun, yaitu kasih sayang seorang ibu.

Itu semua adalah potensi keperempuanan yang bisa kita optimalkan sebagai ibadah dan bernilai pahala ketika kita melakukannya dengan tulus ikhlas.

Kadang perempuan sibuk protes dengan beberapa konsep yang seolah memberatkan perempuan, seperti:
1.dikatakan perempuan itu lemah akal, buktinya kesaksiannya bernilai setengahnya laki-laki.
2. perempuan dikatakan kurang agamanya kerena tidak sholat dan puasa saat haid dan nifas.
3.sebagian besar penghuni neraka adalah perempuan karena kurang bersyukur terhadap suami.
4.perempuan boleh dipoligami sedang laki-laki tidak bisa dipoliandri, seakan ada ketidak-adilan.
5.godaan perempuan merupakan fitnah terbesar bagi laki-laki.

Abaikan hal-hal tersebut dan fokus pada potensi keperempuanan kita.

Untuk urusan lain, laki-laki bisa menggantikan dan mengerjakannya, kecuali hamil, melahirkan dan menyusui.

Mengapa kita tidak optimalkan potensi ini, sedang Allah sudah menyiapkan balasan yang luar biasa untuk ketiga amal mulia ini?

Sayang sekali kalau potensi yang akan mengantar kita ke surga ini terabaikan karena kita mengambil porsi yang nilainya sedekah, yaitu mencari nafkah, yang pada dasarnya adalah kewajiban seorang pria.
  

3 comments:

  1. Jika harus dikalkulasi sebagai biaya ke suami, bisa muter kepala, ya, Us? Hehe

    ReplyDelete
    Replies
    1. Bener banget Mbak Kayla, makanya suami yang baik sangat menghargai istrinya.

      Delete
  2. Saya malah belum pernah berpikir sejauh tulisan ini. Baru sadar sekarang. Alhamdulillah jadi dapat dukungan moril.

    ReplyDelete