Tuesday, October 28, 2014

Pendidikan Gratis, Adakah?

Seorang ibu muda menangis saat curhat. Begitu besar harapan, agar anaknya mendapat pendidikan yang baik, supaya kehidupannya kelak lebih baik dari kedua orang tuanya.

Motivasi itu semakin besar seiring peningkatan kefahamannya tentang Islam. Tetapi kondisi ekonomi keluarga yang sulit sekali diharapkan bangkit dan meningkat, membuatnya hampir pupus harapan.

"Sekolah Negeri, kan, gratis?" komentarku.

"Gratis SPP-nya, tapi yang lain-lain tetap mengeluarkan biaya. Kebutuhan untuk sekolah kan bukan hanya SPP. Dan lagi, saya khawatir dengan pengaruh lingkungan terhadap perkembangan anak. Saya ingin sekolah yang lingkungannya baik, muatan pendidikannya baik, tapi biasanya sekolah seperti itu sangat mahal," ujarnya, sambil menyeka air matanya.

"Selama ini, usaha apa yang sudah dilakukan untuk persiapan masuk ke lembaga pendidikan seperti itu?"

"Menabung! Tapi sepertinya masih sangat jauh. Penghasilan kami yang kecil harus berebut dengan kebutuhan harian yang tidak bisa ditunda. Itupan sudah berusaha hemat sana-sini," jawabnya, sambil melepas nafasnya yang terasa sangat berat.

"Jer basuki mawa bea," gumamku.

"Maksud Umi?"

"Untuk hasil yang baik tentu dengan biaya atau pengorbanan. Kalau biaya berupa uang kita tidak mampu, mungkin Allah memberikan kita kemampuan yang lain."

"Misalnya?"

"Bea siswa. Cari sekolah berkualitas yang menyediakan. Beasiswa biasanya diberikan kepada siswa yang berprestasi. Dan masing-masing sekolah mencari siswa berprestasi yang sesuai visi-misi lembaga pendidikannya. Untuk sekolah yang mengutamakan prestasi akademis, akan memberikan beasiswa kepada calon siswa yang memiliki peringkat sepuluh besar di sekolah asal, misalnya. Atau sekolah yang selama ini banyak meraih prestasi dan melambung namanya karena prestasinya di ekstra kurikuler, maka akan memberikan beasiswa pada calon siswa yang menunjukkan potensi akan mengharumkan sekolahnya dengan prestasi yang sudah dibuktikan. Belakangan yang sedang berkembang, lembaga pendidikan yang memberikan beasiswa untuk calon siswa yang memiliki hafalan Al Qur'an. Tinggal disesuaikan, kira-kira anak bisa diajak mengejar yang mana?"

"Iya juga, ya? Tapi apa anak saya bisa?"

"Ini kesempatan mengajak anak berfikir untuk masa depannya, sekaligus mengajarkan masalah harkat diri. Hindarkan mencari gratisan atau keringanan biaya karena kemiskinan! Tetapi gratisan itu sebagai hadiah untuk prestasi yang telah diukirnya. Itu akan sangat berpengaruh pada perkembangan mental kepribadiannya."

"Terima kasih, Umi. Semoga saya tidak termasuk orang tua yang menanamkan mental tangan di bawah pada anak-anak."

"Menerima pemberian dari orang lain tidak selamanya hina, tapi pastikan, orang yang mengulurkan tangan, tidak semata-mata kasihan pada kemiskinan yang menjadi bagian dari kehidupan kita. Apalagi sampai ada niat menjual kemiskinan itu. Saling menolong adalah bagian dari kehidupan sosial yang tidak bisa kita hindari, kalau tidak sebagai penolong, ya sebagai yang ditolong."

"Benar, Mi. Kadang kita terjebak pada sikap merendahkan diri di hadapan manusia, padahal seharusnya hanya di hadapan Allah kita patut merendah."

"Tapi jangan pakai slogan biar miskin asal sombong, ya? Allah membenci manusia yang dalam dirinya melekat sifat sombong."

"Semoga Allah melindungi kita dari sifat tersebut, aamiin."


No comments:

Post a Comment