Sunday, February 21, 2016

Anak-Menantu-Mertua

Ismail hidup di semenanjung Arab sesuai dengan kehendak Al­lah SWT.
Ismail memelihara kuda dan terhibur dengannya serta memanfaatkannya untuk keperluannya. Sedangkan air zamzam sangat membantu orang-orang yang tinggal di daerah itu. Kemudian sebagian kafilah menetap di situ dan sebagian kabilah tinggal di tempat itu. Nabi Ismail tumbuh menjadi dewasa dan menikah. Lalu ayahnya, Nabi Ibrahim, mengunjunginya dan tidak menemukannya dalam rumah namun ia hanya mendapati istrinya. Nabi Ibrahim bertanya kepadanya tentang kehidupan mereka dan keadaan mereka. Istrinya mengadukan padanya tentang kesempitan hidup dan kesulitannya. Nabi Ibrahim berkata padanya: "Jika datang suamimu, maka perintahkan padanya untuk mengubah gerbang pintunya."

Ketika Nabi Ismail datang, dan istrinya menceritakan padanya perihal kedatangan seorang lelaki, Ismail berkata: "Itu adalah ayahku dan ia memerintahkan aku untuk meninggalkanmu, maka kembalilah engkau pada keluargamu."

Kemudian Nabi Ismail menikahi wanita yang kedua. Nabi Ibrahim mengunjungi istri keduanya dan bertanya kepadanya tentang keadaannya. Lalu ia menceritakan pada­nya bahwa mereka dalam keadaan baik-baik dan dikaruniai nikmat. Nabi Ibrahim puas terhadap istri ini dan memang ia cocok dengan anaknya. (Cuplikan kisah Nabi Ibrahim n Ismail)

Hah! Mungkin nggak ketemu kejadian serupa di zaman ini?

Seorang ayah yang tegas terhadap anaknya. Tidak merasa melampaui kewenangannya, karena seorang anak laki-laki tetaplah anak bagi orang tuanya. Ayah yang baik tetap memberi arahan pada anaknya walau sudah berkeluarga.

Seorang anak hasil didikan yang baik sehingga menjadi anak yang sangat berbakti dan taat pada ayahnya, apalagi pada ibunya? Apakah dia tidak mencintai istrinya?
Anak yang baik tentu tahu hak dan kewajibannya dalam berkeluarga, tapi dia tahu mana yang harus diutamakan.

Menantu?
Menjadi menantu berarti menjadi anak dari mertuanya, menyayangi mereka layaknya pada orang tua sendiri. Tak kan membiarkan mertuanya sakit hati atau kelelahan, seperti halnya dia tak ingin orang tuanya dibuat sakit hati dan lelah oleh menantunya (istri saudara laki-lakinya) dan juga tak ingin nantinya diperlakukan kurang baik oleh menantunya.

Mungkin kita prihatin dengan kondisi saat ini, sulit menemukan pemandangan orang tua sholeh, anak yang berbakti pada orang tua (birrul walidain) dan istri sholihah yang taat pada suami dengan segala cakupannya.

Semoga kita termasuk orang-orang yang berusaha untuk mewujudkan keluarga sakinah mawadah dan rahmah dalam arti yang sesungguhnya.

No comments:

Post a Comment