Wednesday, March 11, 2015

Hafidzoh sebagai Langkah Awal

Alhamdulillah, sore ini Umi sudah bisa bangun setelah tiga hari terkapar tak berdaya. Sakit itu juga yang menyebabkan Umi batal menghadiri wisuda tahfidz pagi tadi. Nggak usah disesali,ya? Bukan siapa yang hadir saat wisuda, tapi jadi peserta wisuda, itu yang lebih penting.

Bukan perjuangan mudah, kan mencapai itu semua? Tapi Hany sudah melakukannya dan berhasil mencapai tujuan awal.

Lho? Kok awal? Bukankah tujuan adalah akhir dari sebuah perjalanan?

Benar! Hafal Al Qur'an adalah sebuah tujuan jangka pendek tapi merupakan awal dari tujuan-tujuan berikutnya.

Kita sudah sepakat, akan berusaha sebisa mungkin menjadi keluarga Qur'ani. Semoga Allah mengizinkan dan meridhoi.

Keluarga Qur'ani selalu dekat dengan Al Qur'an.

Kedekatan itu bisa bermacam bentuknya, yang intinya adalah keintensifan interaksi kita dengan Al-Qur'an.

Interaksi dengan Al-Qur'an bisa dalam bentuk tilawah/ membacanya, menghafalkan, mentadaburi, mengajarkan dan mengamalkan isinya.

Banyak teman-teman Umi yang iri, karena Allah menganugerahi Umi dan Abi anak-anak yang mau menghafal Al-Qur'an. Itu adalah iri yang diperbolehkan, karena akan memberikan motivasi. Sama halnya dulu Umi selalu menangis haru saat ada anak-anak yang tampil memperdengarkan ayat-ayat Al Qur'an. Dan rasa haru dan iri itu yang selalu membakar semangat Umi dan Abi untuk terus mengarahkan anak-anak mengambil langkah mendahulukan menghafal Al Qur'an.

Wisuda tahfidz merupakan syiar yang disaksikan banyak orang, tetapi yang tahu kondisi sesungguhnya bagaimana kualitas hafalan seorang hafidz, hanyalah Allah dan yang bersangkutan.

Umi dan Abi selalu berdoa dan berharap, semoga kita semua selalu berusaha meningkatkat kualitas dalam berinteraksi dengan Al Qur'an.

Dengan hafal Al Qur'an, berarti tidak pernah meninggalkannya, karena dia sudah tersimpan dalam memori. Ke manapun pergi, dia akan selalu menyertai, tak ada gelisah saat mushaf tertinggal, karena dia sudah ada dalam sanubari.

Selain terus menjaganya dengan murojaah yang terkendali, langkah berikutnya adalah sedikit-demi sedikit memahami dari setiap ayat yang dilafalkan, sehingga semakin selaras antara iman yang terhunjam di sanubari, lisan yang terucap dan sikap yang diambil dalam amal nyata. Semua terwarnai ruh Al Qur'an.

Bisakah?

Dengan izin Allah dan kesungguhan, bisa! Karena memang Al Qur'an diturunkan sebagai pedoman hidup yang artinya sesuai dengan kemampuan manusia.

Itu berarti kita siap kerja keras, karena syetan dan pasukannya tidak akan rela ketika seorang hamba ingin taat kepada-Nya.

Tapi yakinlah, syetan tidak akan mampu melawan orang-orang yang ikhlas. Orang-orang yang selalu memperuntukkan hidupnya beribadah kepada Allah.

Allah yang akan menjaga dan melindungi hamba yang ikhlas. Dan kekuatan apakah yang sanggup melawan perlindungan Allah?

Allah tak pernah mengingkari janji. Andai janji itu belum sampai, maka bercermin dan carilah, hal apa yang menghalangi datangnya janji Allah?

Mungkin masih ada syarat yang belum terpenuhi untuk layak mendapat kemenangan dari-Nya.

Raihlah mimpi-mimpi bersama Al-Qur'an. Semua profesi yang baik tak ada yang bertentangan dengannya.

Doa Umi selalu menyertai. Abaikan semua hal yang berpotensi mengganggu dan menghalangi. Cukuplah Allah menjamin kecukupan hidup kita, karena di tangan-Nya perbendaharaan langit dan bumi.

28 Februari 2015



No comments:

Post a Comment