Thursday, February 12, 2015

Berilah Aku Pasangan

Doa ini sangat terkenal, dan mayoritas muslim mengamalkannya.

Ya Tuhan kami, anugarahkanlah kepada kami pasangan dan keturunan sebagai penyenang hati, dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertaqwa. (Al Furqon ayat 74).
Pernahkah kita merenungi makna dari doa ini?

Apa permintaan kita kepada Allah saat melafalkan doa ini?

1. Pasangan yang menyenangkan hati.

Bagi seorang yang belum menikah dan sedang dalam upaya menuju ke sana, mungkin punya gambaran khusus tentang sosok yang didamba. Begitu ideal kriteria yang diharapkannya untuk seorang calon pendamping.

Pernahkah terpikir bahwa dirinya pun ada di posisi yang sama? Diharapkan menjadi sosok ideal bagi calon pasangannya?

Pernahkah berpikir dan berupaya meningkatkan kualitas diri untuk mendekati kriteria ideal itu? Sebagai upaya menyenangkan hati pasangannya kelak?

Oh ya, tentang doa! Apakah pengabulannya semata-mata karena Maha Pengasihnya Allah? Ataukah harus ada ikhtiar dari yang berdoa untuk meraih apa yang menjadi doanya itu?

Bagi seorang suami atau istri, tentu juga masih melafalkan doa ini, karena kualitas diri tidak selamanya stagnan. Mungkin di awal kehidupan berumah tangga, semua terasa manis. Apa pun sikap pasangan, terasa romantis dan menyenangkan hatinya. Tapi perjalanan kehidupan yang tidak selamanya indah dan mudah, membuat keduanya kadang berubah sikap.

Sebuah tanya yang layak untuk selalu diketahui jawabnya, apakah sudah menjadi pasangan yang selalu menyenangkan?

Jika ingin pasangan selalu menyenangkan, wajar dan adil bukan kalau pasangan juga menginginkan kita selalu menjadi penyenang hatinya? Mengapa tidak mulai dari diri sendiri, mengiringi doa yang selalu kita panjatkan itu?

2. Keturunan yang menyenangkan hati

Sudahkah kita menjadi orang tua yang menyenangkan bagi anak? Membimbing dan mendidik mereka dengan kasih sayang tanpa menimbulkan ketakutan dan tekanan? Memberi kesempatan mereka untuk membantah dengan memberinya banyak beban yang melampaui kemampuan dan mengganggu keasyikannya?

Jangan sampai terjadi, orang tua menginginkan anak berbakti tapi sikapnya justru membantu anak untuk durhaka, tentu tak sesuai dengan apa yang dimintanya dalam doa.

3. Menjadi pemimpin bagi orang yang bertaqwa.

Apa syaratnya?

Menjadi orang bertaqwa melebihi ketaqwaan orang-orang yang dipimpinnya. Apakah ketaqwaan merupakan pemberian yang tanpa diupayakan dan diperjuangkan?

Kalau kita sepakat bahwa pengabulan doa dipengaruhi ikhtiar kita mendekati perwujudannya, maka seharusnya doa-doa yang kita panjatkan bisa menjadi motivasi upaya kita untuk meningkatkan kualitas diri, karena pasangan dan keturunan yang menyenangkan hati, selayaknya diberikan kepada orang-orang yang memiliki kualitas diri yang baik di hadapan Allah. Demikian halnya dengan kepemimpinan.

No comments:

Post a Comment