Saturday, September 10, 2016

Majelis Taman Surga

Majlis dzikir adalah taman surga di dunia ini.
عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ رَضِي اللَّهُ عَنْهُ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِذَا مَرَرْتُمْ بِرِيَاضِ الْجَنَّةِ فَارْتَعُوا قَالُوا وَمَا رِيَاضُ الْجَنَّةِ قَالَ حِلَقُ الذِّكْرِ
Dari Anas bin Malik Radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,”Jika kamu melewati taman-taman surga, maka singgahlah dengan senang.” Para sahabat bertanya,”Apakah taman-taman surga itu?” Beliau menjawab,”Halaqah-halaqah (kelompok-kelompok) dzikir.” ( HR Tirmidzi, no. 3510 dan lainnya. Lihat Silsilah Al Ahadits Ash Shahihah, no. 2562.)
Dari Abu Waqid Al Laitsi, bahwa ketika Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam sedang duduk di dalam masjid, dan orang-orang bersama Beliau; tiba-tiba datanglah tiga orang. Dua orang mendatangi Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, yang satu pergi. Kedua orang tadi berhenti di hadapan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Yang satu melihat celah pada halaqah (lingkaran orang-orang yang duduk), lalu dia duduk padanya. Adapun yang lain, dia duduk di belakang mereka. Adapun yang ketiga, maka dia berpaling pergi. Setelah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam selesai, Beliau bersabda,”Maukah aku beritahukan kepada kamu tentang tiga orang tadi? Adapun salah satu dari mereka, dia mendekat kepada Allah, maka Allah-pun mendekatkannya. Adapun yang lain, dia malu, maka Allah-pun malu kepadanya. Dan Adapun yang lain, dia berpaling, maka Allah-pun berpaling darinya.” [HR Bukhari; Muslim, no. 2176.]
Sumber: https://almanhaj.or.id/3001-keutamaan-dan-bentuk-majlis-dzikir.htm
Sebagai orang yang berkesempatan mengikuti, kadang membimbing berbagai majelis, saya bisa merasakan perbedaannya, dan harus bisa menyesuaikan diri.
Saat mengelola majelis anak-anak, tentu beda dengan majelis remaja, dewasa atau orang tua. Majelis masyarakat awam, berpendidikan, ibu-ibu muda, ibu-ibu tua ataupun majelis pasangan suami istri.
Bagaimana kita harus bisa fleksibel dari sisi target pencapaian, metode dan pengelolaan waktu.
Yang jadi fokus adalah bagaimana mengupayakan peserta merasakan situasi taman surga selama dalam majelis dan harapannya, suasana itu akan terbawa sekeluarnya dari forum itu.
Suasana tenang, ingat Allah, merendahkan diri di hadapan hukum-hukum Allah, kasih sayang sesama anggota, peningkatan pemahaman dan kesadaran untuk lebih taat kepada Allah.
Teristimewa saat diamanahi majelis ibu-ibu sepuh, yang rata-rata usianya di atas 60an, serasa sedang bercerita dengan ibu sendiri. Tak ada nafsu untuk mengajari, hanya sekedar berbagi. Mereka tidak butuh diajari, hanya ingin diperhatikan dengan kasih sayang dan langsung dituntun dalam tindakan. Jangan mengharap mereka mencatat teori yang kita sampaikan, bukan lagi masanya. Lebih pas kalau diajak untuk banyak tadabur amalan-amalan yang sudah dilakukannya dan tafakur tentang persiapan untuk kehidupan yang kekal abadi.
Membimbing ibu-ibu sepuh sering membuat hati trenyuh, seakan sedang menyaksikan diri 10 atau 20 tahun ke depan. Sampaikah ke masa itu?

No comments:

Post a Comment