Tuesday, September 6, 2022

SOSIALISASI DAMPAK BULLIYING

Oleh: Maritsa Hany Aulia & Virliyati Afiyah Intani

Perilaku bullying sebenarnya sudah sangat meluas di dunia pendidikan, tanpa terlalu kita sadari bentuk dan akibatnya. Dalam paparan selanjutnya, penulis akan menulusuri beberapa sumber untuk melihat lebih jauh karakteristik pelaku, mitos dan fakta tentang bullying, serta bagaimana menghadapinya, baik bagi korban, siswa lain yang menonton, maupun bagi pihak sekolah atau orang tua. 

Berdasarkan latar belakang diatas, dan informasi hasil survey yang pernah dilakukan, dapat dirumuskan permasalahan yaitu, Kurangnya Pemahaman tentang konsep Bulliying pada santri di Pondok Pesantren As Syidiqia Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran.

Kemudian Tim KKN prodi Psikologi, yang merupakan bagian dari KKN Universitas Muhamadiyah Lampung yang bertugas di desa Bagelen, kecamatan Gedong Tataan kabupaten Pesawaran, membuat program dengan tujuan sosialisasi dan bagaimana pendekatan dalam menyelesaikan kasus bullying.

Dalam kegiatan pengabdian ini, metode yang digunakan adalah dengan model penyuluhan dan dialog interaktif sehingga selain memberikan informasi tentang pemahaman bullying sebagai upaya mencegah terjadinya tindak pidana kekerasan, santri juga ikut aktif dalam dialog agar tidak merasa bosan sehingga terjalin komunikasi yang baik. 

Mahasiswa KKN Universitas Muhammadiyah Lampung mengadakan sosialisasi Bullying (Perundungan) di Pondok Pesantren As Syidiqia pada Tanggal 2 Agustus 2022 dengan pemateri mahasiswa KKN prodi Psikologi. Dimaksudkan di sini agar para santri terhindar dan mampu mencegah perundungan. diharapkan juga siswa bisa membantu teman yang mengalami perundungan.

Bullying adalah segala bentuk penindasan atau kekerasan, yang dilakukan secara sengaja oleh satu orang atau kelompok yang lebih kuat. Tujuan dari bullying ini untuk menyakiti orang lain dan dilakukan terus menerus. Kata bullying berasal dari bahasa Inggris, sedangkan dalam bahasa Indonesia disebut penindasan atau risak. Kasus bullying ini sering terjadi di Indonesia. Contohnya saja kasus penindasan di sekolah.

Bullying adalah perilaku yang membuat seseorang (korban) merasa tidak nyaman baik secara fisik maupun verbal.

Aksi bullying ini merugikan korban hingga mempengaruhi psikisnya. Fenomena bullying menyebabkan pelaku bertindak semena-mena pada korban, bahkan beberapa kasus memakan korban jiwa. 

Beberapa jenis bulliying:

1.Verbal Bullying/ Perundungan Verbal

Perundungan verbal atau verbal bullying biasanya berupa kalimat kasar atau ejekan yang ditujukan pada seseorang.

2.Bullying Fisik

Biasanya perundungan fisik adalah salah satu dari jenis bullying pada remaja yang paling mudah dikenali. Sering kali, yang menjadi korban akan menerima berbagai perlakuan fisik yang kasar.

3.Bullying dunia maya/Cyber Bullying. Faktanya, bullying tak hanya terjadi di dunia nyata saja. Sekarang ini, bullying di dunia maya atau cyber bullying umum terjadi. Artinya, tidak dilakukan di lingkungan sekolah atau kehidupan sehari-hari secara langsung.

4.Bullying seksual. Jika anak Anda sudah memasuki usia remaja awal, jenis perundungan ini lebih mungkin dialami. Pelaku perundungan akan mengomentari, menggoda, berusaha mengintip, bahkan menyentuh korban secara seksual. Tak hanya itu, jenis perundungan seksual pada remaja adalah jenis perundungan dengan cakupan yang cukup luas. 

Upaya cegah bullying

1. Mengembangkan budaya relasi atau pertemanan yang positif. 

2. Ikut serta membuat dan menegakkan aturan sekolah terkait pencegahan bullying. 

3. Ikut membantu teman yang menjadi korban. 

4. Memahami dan menerima perbedaan tiap individu di lingkungan sebaya. 

5. Saling mendukung satu sama lain.

Kalau kita perhatikan, baik secara langsung maupun dari berita yang beredar, faktanya bulliying masih sangat banyak terjadi di sekolah. Mengapa hal itu masih terjadi?

Beberapa alasan kasus bullying di sekolah ini tetap terjadi antara lain:

Pertama, efeknya tidak tampak secara langsung, kecuali bullying dalam bentuk kekerasan fisik. Akan tetapi, ini pun tidak terendus karena banyak korban yang tidak mau melaporkan kekerasan yang dialaminya, entah karena takut, malu, diancam atau karena alasan-alasan lain. 

Kedua, banyak kasus bullying yang secara kasat mata tampak seperti bercandaan biasa khas anak-anak sekolah atau remaja yang dikira tidak menimbulkan dampak serius. Ejekan-ejekan dan olok-olokan verbal termasuk dalam kategori ini. Banyak orangtua dan guru yang mengira bahwa teguran saja mungkin sudah cukup untuk menyelesaikan bercandaan bocah- bocah itu. Padahal luka psikis dan emosional yang dialami korban kekerasan verbal itu jauh lebih dalam dan menyakitkan. 

Ketiga, sebagian orangtua dan guru masih belum memiliki pengetahuan yang memadai mengenai bullying dan dampaknya bagi kehidupan anak. Sehingga sebagian orangtua dan guru benar-benar tidak tahu bahwa ada masalah serius disekitar mereka. 

Apa yang bisa dilakukan untuk meminimalisir atau bahkan meniadakan kasus bulliying di sekolah, mengingat hal itu tidak kondusif untuk proses belajar siswa?

Perlu adanya mekanisme penyelesaian khusus kasus bullying yang terjadi di sekolah, seperti menyelenggarakan semacam konferensi komunitas, membuat bentuk penalti non-fisik atau sanksi seperti menarik hak-hak atau fasilitas yang diterima siswa atau skorsing dan pemecatan.

Dampak Bullying 

Bullying berdampak pada kesehatan mental terutama pada anak-anak dan remaja.

Dampak Bullying bagi Korban: 

Memicu depresi, stress, gangguan kesehatan mental, sampai memicu kemarahan, juga bisa menurunkan tingkat kecerdasan dan kemampuan analisis anak-anak. Remaja dan anak-anak yang mendapat perilaku bullying akan menurun secara akademik dan memilih mengasingkan diri. Paling fatal dari kasus bullying adalah tindakan bunuh diri yang dilakukan oleh korban. 

Dampak Bullying pada pelaku:

Perilaku berubah menjadi agresif, menyukai kekerasan, mudah marah, impulsif, dan toleransi rendah, kurang berempati dan lebih menyukai mendominasi orang lain. Pelaku merasa harga diri tinggi dan percaya diri. Menyukai kekuasaan untuk merendahkan orang lain 

Dampak bagi yang Menyaksikan:

Jika dibiarkan terus-menerus, penonton yang menyaksikan bullying merasa bahwa perilaku tersebut dianggap biasa. Penonton akan berpikir bahwa perilaku ini bisa diterima secara sosial, bahkan bisa meniru perilaku terutama anak-anak. Para penonton memilih menjadi penindas karena takut mereka akan menjadi korban selanjutnya. Sedangkan beberapa orang memilih diam tanpa bertindak atau menghentikan aksi bullying tersebut.

Penutup.

Kita semua ingin lingkungan aman, nyaman, dan menyenangkan sehingga, kita bisa bebas belajar dan berkreasi. Dampak perundungan ini sangat berat bagi korban, pelaku, guru, maupun orang tua karena lebih bersifat psikis dan emosional. Efeknya tidak dapat langsung terlihat dan prosesnya bisa berlangsung lama dan perlahan. Untuk itu kita perlu mengenal apa itu perundungan, di mana saja terjadinya, dampaknya, dan bagaimana mencegah serta memberi dukungan kepada teman yang mengalami perundungan. Semoga kalian menjadi remaja-remaja utama  yang selalu bahagia, berprestasi, dan juga peduli.

Berdasarkan pengamatan selama melakukan pengabdian, tim melihat keseriusan dan antusiasme peserta dalam mengikuti penjelasan mengenai sosialisasi school bullying sebagai upaya preventif terjadinya tindak pidana kekerasan di Pondok Pesantren As Syidiqia Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran .

Peserta juga aktif dalam menanggapi dan merespon penjelasan pemateri. Tim pengabdian memberikan saran agar kegiatan sosialisasi mengenai sosialisasi bullying sebagai upaya preventif terjadinya tindak pidana kekerasan di Pondok Pesantren As Syidiqia dilaksanakan secara terus menerus dan konsisten serta melibatkan instansi yang terkait karena selama ini jarang sosialisasi tentang tema tersebut.



Wednesday, April 29, 2020

Pengantar Tafsir Al-Qur'an


Tafsir Al-Mishbah
Penulis: Prof. DR. AG. H. Muhammad Quraish Shihab, Lc,MA . Indonesia, lahir 1944.
Cendekiawan Muslim dalam ilmu-ilmu Al-Qur’an
Pertama kali terbit tahun 2000

Tafsir Al-Qur'an adalah penjelasan tentang maksud firman-firman Allah sesuai kemampuan manusia.

Kemampuan ini bertingkat-tingkat sehingga apa yang dicerna atau diperoleh seorang penafsir dari Al-Qur'an bertingkat-tingkat pula.

Kecenderungan manusia juga berbeda-beda sehingga apa yang dihidangkan dari pesan-pesan Ilahi, dapat berbeda antara yang satu dan lainnya.

Seseorang yang memiliki kecenderungan hukum, tafsirnya banyak berbicara tentang hukum.

Seseorang yang cenderung pada filsafat, tafsir yang dihidangkannya bernuansa filsafat.
Kalau study yang diminatinya bahasa, tafsirnya banyak bicara tentang aspek-aspek kebahasaan.

Selain itu, keberadaan seseorang pada lingkungan budaya atau kondisi sosial, perkembangan ilmu, juga mempengaruhi dalam menangkap pesan-pesan Al-Qur'an.

Keagungan firman Allah dapat menampung segala kemampuan, tingkat, kecenderungan dan kondisi yang berbeda-beda itu.


"Ayat-ayat Al-Qur'an bagaikan intan, setiap sudutnya memancarkan cahaya yang berbeda dengan apa yang terpancar dari sudut-sudut lainnya, dan tidak mustahil jika kita mempersilakan orang lain memandangnya, maka ia akan melihat banyak dibandingkan apa yang kita lihat."
(Abdullah Darraz)


Setiap kali ayat turun, sambil memerintahkan para sahabat menulisnya, nabi memberi tahu tempat ayat-ayat itu dari segi sistemtika urutan dengan  ayat-yat atau surat-surat yang lain.

Semua ulama sepakat bahwa sistematika urutan ayat-ayat Al-Qur’an adalah taufiqi, artinya berdasar petunjuk Allah yg disampaikan oleh malaikat Jibril kepada Nabi dan bahwa urutan tersebut bukan atas dasar urutan masa turunnya.

Para mufasir berusaha memberikan penjelasan terkait dengan berbagai pertanyaan terhadap isi Al-Qur’an. Seperti, mengapa Al Fathihah di urutan pertama dalam Al Qur’an, padahal bukan ayat yang pertama diturunkan? Mengapa setelah Al Fathihah surat Al Baqoroh? Dan banyak lagi pertanyaan lainnya.

Dengan bekal ilmunya, para pakar berusaha sungguh-sungguh berijtihad menjelaskan hal-hal yang ingin diketahui umat tentang kandungan Al-Qur’an.

Hubungan masing-masing bagian Al-Qur’an dengan lainnya, bagai “kalung Mutiara” yang tidak diketahui dimana ujung dimana pangkal, atau seperti vas bunga yang terangkai oleh aneka kembang warna-warni, tapi pada akhirnya menghasilkan pemandangan yang sangat indah.


Tafsir Al-Azhar
Penulis: Prof. DR. H. Abdul Malik Karim Amrullah (Hamka) 1908-1981, Indonesia.
Ulama, sastrawan, wartawan, penulis, guru.
Pertama kali terbit tahun 1966, terbit lengkap Februari 1981. Buya wafat 24 Juli 1981.

Syarat utama penafsir/penterjemah:
1.     Tahu Bahasa Arab dengan segala peralatannya
2.     Tafsir ulama terdahulu
3.     Asbabun nuzul
4.     Nasikh-mansukh
5.     Ilmu hadits
6.     Ilmu fiqh

Ditambah ilmu:
1.     Bahasa yang digunakan untuk menafsirkan/menterjemahkan
2.     Ilmu kauni/ alam

Sasaran tafsir al azhar dimaksudkan:
1.     Angkatan muda yg bersemangat mempelajari agama.
2.     Mubaligh/ dai

Penafsir menyadari bahwa ilmu yang dimilikinya sebagai modal, tidaklah mendalam, bukan spesialisasinya. Hanya mengetahui secara merata dan meluas dalam setiap cabang ilmu.

Perkataan bahwa segala ilmu sudah cukup dalam Al Qur’an, tidaklah benar. Yang tepat adalah anjuran Al-Qur’an untuk menyelidiki semua cabang ilmu. Contoh, Al Qur’an menyebutkan dzarrah, diterjemahkan lebih kecil dari atom, tapi tidak menjelaskan lebih rinci.

Al Qur’an disebut juga al-Kitab, adalah wahyu-wahyu yang diturunkan Tuhan kepada Rasulnya dengan perantaraan malaikat Jibril untuk disampaikan kepada manusia.

Menurut perhitungan yang umum, Al Qur’an berjumlah 6236 ayat, terdiri dari 114 surat.
Diturunkan dalam dua masa, pertama di Mekkah selama 13 tahun dan berikutnya di Madinah 10 tahun.

Secara menurut Bahasa (lughoh), Al Qur’an berarti sesuatu yang dibaca.

Karakteristik ayat yang turun di Mekkah:
-       menetapkan dan meneguhkan akidah/ keimanan/ tauhid
-       menentang penyembah berhala
-       seruan agar manusia memerdekan akal n jiwa dari perbudakan  adat, tradisi, taqlid
-       perintah menggunakan akal, pikiran, perenungan dan penyelidikan yang mendalam.

Karakteristik ayat-ayat yang turun di Madinah:
-       hukum fikih
-       peraturan kemasyarakatan n negara
-       hukum peperangan
-       hubungan bilateral
-       perjanjian dan  perdamaian
-       hukum pernikahan n rumah tangga
-       membangun masyarakat adil Makmur dengan aturan zakat
-       peraturan haji
-       dll

Saat Al Qur’an diturunkan, bangsa Arab sedikit sekali yang bisa baca tulis, hanya sekitar 1 orang dari 1000 orang. Hikmahnya, mereka memiliki ingatan yang sangat kuat untuk menghafalkan Al Qur’an yang diturunkan secara berangsur-angsur. Tradisi menghafal dengan kuat dari ribuan orang dan dilakukan secara turun temurun inilah sehingga Al-Qur’an menjadi mutawatir.

Itu sebabnya, negeri yang menjajah dunia Islam membelokkan anak-anaknya ke sekolah mereka, menjauhkan pengajaran Al-Qur’an dari orang tuanya, sehingga saat merdeka, sudah banyak muslim yang tak pandai membaca Al Qur’an.

Keistimewaan Al-Qur’an sebagai mu’jizat adalah bukan untuk dilihat mata dan pancaindra (hissi) tetapi untuk dilihat hati dan meminta pemikiran (ma’nawi).
Mu’jizat yang hissi telah habis pengaruhnya, hanya dilihat dan berpengaruh orang sezamannya, karena di zaman modern, manusia sudah bisa melakukannya dengan ilmu pengetahuan manusia.

Kemukjizatan Al Qur’an:
1.     Nilai sastranya. Al Qur’an diturunkan saat sastra Arab di atsa puncaknya, namun tak ada yang sanggup menerima tantangan Al-Qur’an untuk menandingi keindahan sastranya(2:23) Ma’nanya yang hakiki, puncak tertinggi pikiran manusia, tidak akan sampai pada martabatnya. Ajaran akhlaknya, bersifat universal.
2.     Menceritakan berita masa lalu
3.     Diberitakan apa yang akan kejadian
4.     Kajian ilmiah terhadap fenomena alam.

Menterjemahkan/ menafsirkan Al Qur’an mengikuti ijtihad Imam Abu Hanifah, boleh, yaitu untuk membimbing orang yang tidak paham Bahasa Arab tetapi ingin mengetahui isi Al-Qur’an.
Tafsir yang utama dan pertama, tidak lain adalah sunnah rasul, yaitu perkataan dan perbuatan nabi juga perbuatan orang lain/ sahabat yang dibiarkan/ tidak dicegah. Sehingga tidak boleh seseorang menafsirkan Al Qur’an yang berlawanan dengan sunnah Rasul.


Tafsir Fi-Zhilalil Qur’an (Terjemahan)
Penulis: Sayyid Qutb (1906-1966), Mesir. Beliau seorang tokoh pergerakan, intelektual, sastrawan dan penulis.

Hidup di bawah naungan Al-Qur’an merupakan suatu kenikmatan, yang hanya bisa dirasakan oleh orang-orang yang pernah mereguknya.

Kemuliaan apakah yang dapat menandingi kemuliaan yang dilimpahkan oleh Tuhan yang Maha Tinggi dan Maha Mulia? Adakah derajat martabat yang lebih baik dari apa yang telah ditingkatkan oleh Al-Qur’an?

Di bawah naungan AL-Qur’an akan terlihat di bumi ini, gejolak dan pusat perhatian orang-orang jahiliyah pada hal yang remeh temeh. Kekaguman mereka pada pengetahuan yang tak lebih dari pengetahuan anak-anak, persepsi balita dan perhatian anak-anak kecil, tak ubahnya seperti orang dewasa menyaksikan permainan dan senda gurau anak-anak.

Di bawah naungan Al-Qur’an, dapat merasakan keharmonisan yang amat indah antara gerak kehidupan manusia sebagaimana yang dikehendaki Allah dan gerak alam semesta yang diciptakan-Nya.

Di bawah naungan Al-Qur’an didapatkan pelajaran bahwa tidak ada tempat di alam wujud ini bagi apa yang disebut kebetulan, semata-mata atau terjadi secara acak. Segala sesuatu diciptakan untuk suatu hikmah, tetapi hikmah gaib yang demikian dalam, kadang tidak dapat tertangkap oleh pengamatan manusia yang terbatas.

Seorang mukmin harus melakukan berbagai usaha(sebab) karena ia diperintahkan untuk melakukannya, tetapi Allahlah yang menentukan hasilnya. Karena itu, merasa tenang terhadap rahmat, keadilan, kebijaksanaan dan pengetahuan-Nya adalah merupakan satu-satunya tempat berlindung yang aman dan selamat dari segala macam guncangan dan godaan.

Tidak ada kebaikan bagi bumi ini, tidak ada kedamaian dan ketenangan bagi umat manusia, tidak ada martabat, keberkahan dan kesucian, tidak ada keharmonisan Bersama sunnah-sunnah kauniyah dan fitrah kehidupan, kecuali dengan kembali kepada Allah.


Tafsir Ibnu Katsir
Penulis: Al-Imam Al-Hafidz Imaduddin Abul-Fida Ismail bin Katsir (Ibnu Katsir). Lahir di Bashrah pada 700 H. ahli fikih, ahli hadits, sejarawan dan mufasir.

Barangsiapa sampai kepadanya Al-Qur’an, berarti Al-Qur’an tersebut menjadi pemberi peringatan baginya. Barangsiapa kufur, berarti api neraka menjadi tempatnya. (QS. Huud: 17)


Maka yang wajib dilakukan oleh para ulama adalah mengungkap makna-makna Kalam Allah, menafsirkannya, mencari dari sumbernya, mempelajarinya dan mengajarkannya.

Friday, October 5, 2018

Refleksi dari Kesadaran

Bencana dahsyat kembali beruntun menyapa negeri yang konon kaya raya ini.

Belum selesai penanganan gempa Lombok yang diperkirakan butuh waktu yang tidak sebentar, Palu dan Donggala kembali luluh lantak diguncang bencana. Bukan sekedar gempa, tapi juga tsunami dan bumi terbelah.

Mendengar dan menyaksikan beberapa video yang beredar di medsos, seketika saya teringat beberapa ayat Al Qur'an yang bercerita tentang peristiwa hari kiamat.

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيمِ إِذَا زُلْزِلَتِ الْأَرْضُ زِلْزَالَهَا

Apabila bumi diguncangkan dengan guncangan yang dahsyat,

-Surat Az-Zalzalah, Ayat 1

وَأَخْرَجَتِ الْأَرْضُ أَثْقَالَهَا

dan bumi telah mengeluarkan beban-beban berat (yang dikandung)nya,

-Surat Az-Zalzalah, Ayat 2

وَإِذَا الْبِحَارُ فُجِّرَتْ

dan apabila lautan dijadikan meluap,

-Surat Al-Infithar, Ayat 3

Tiga ayat yang menceritakan sebagian kejadian di hari kiamat, dan itu baru saja ditunjukkan dalam bentuk nyata di tempat yang sebagian kita langsung mengalaminya dan yang lain mendengar kabarnya.

Adakah yang tidak timbul perasaan takut dalam dirnya?

Jujur! Saya takut...sangat! Bahkan itu berefek dalam sikap saat mengamati banyak hal.

Hari-hari belakangan ini, ada perasaan yang berbeda saat menyaksikan hujan turun, apalagi disertai suara petir. Ada perasaan mencekam yang tidak bisa dihilangkan segera atau diabaikan begitu saja.

Saat mendapat giliran mati listrik, pikiran menerawang, membayangkan suasana kegelapan di dalam kubur.

Saat memandang anak-anak...bagaimana nasib mereka nanti? Sudah cukupkah kami membekalinya? Allah, paranoidkah saya?

Tidak! Hal-hal menakutkan ini tidak boleh dibiarkan menyiksa!

Benar! Allah sedang mentarbiyah kita dengan cara yang dikehendaki-Nya. Pelajaran apa yang harusnya kita pahami?

Allah sedang menunjukkan kekuasaan-Nya yang tiada banding,... mungkin selama ini kurang kita perhatikan.

Allah sedang menunjukkan sedikit gambaran kedahsyatan hari kiamat,...yang mungkin selama ini kita ragukan

Allah sedang mengingatkan bahwa....suatu saat kita akan mati, dan tidak bisa menghindar darinya.

Allah sedang mengingatkan,...sudah seberapa bekal yang kita siapkan untuk bertemu dengan-Nya?

Lalu, apa refleksi dari pemahaman itu?

Sebuah kesadaran bahwa manusia tidak layak sombong, seberapapun kelebihannya dibanding manusia lain. Sebegitu mudah Allah mencabut segala kekuasaan, kelebihan dan semua hal yang membuat sombong. Merendah...merendah...dan merendah, karena sesungguhnya orang yang tinggi derajatnya di hadapan Allah adalah manusia yang paling menghamba, merendah di hadapan-Nya.

Selalu berdzikir dalam setiap kondisi. Setidaknya perbanyak istighfar dan tahlil (laa ilaha ilallah). Dzikir lisan kalau memungkinkan dan dzikir batin yang bisa dilakukan di manapun dan kondisi apapun. Mengapa harus berdzikir terus menerus?

Karena kita tidak tahu, kapan kehidupan kita di dunia, berakhir. Semoga tahlil yang sering kita ucapkan semakin meningkatkan keimanan dan istighfar yang dikabulkan, akan menghapus dosa-dosa.

Selalu berada di jalan yang diridhoi-Nya. Meninggalkan  dengan sekuat tenaga, maksiat yang disadari dan terus meningkatkan amal sholeh semampunya. Bukankah kita ingin husnul khotimah, berakhir dalam kebaikan?

Berfikir kreatif untuk menjadikan detik-detik kehidupan kita, penuh berkah.

Allah akan selalu menggiring hamba-Nya dengan situasi yang membuat sang hamba mendekat kepada-Nya dengan ketaatan.

Memang, ketakutan itu tidak otomatis lenyap, itu manusiawi, tetapi ketakutan yang mengingatkan pada ketaatan.

Ittaqillah!

Tuesday, August 8, 2017

Ceker Mercon


Duh!
Makanan apalagi ini?
Kemarin, seorang teman blogger menawarkan sambal jengkol atau ceker mercon untuk dicicip.
Sambal jengkol...sudah terbayang sensasi rasanya. Sebenarnya penasaran juga, jengkolnya disambal gaya apa? 
Saya suka rendang jengkol, walaupun jarang mengkonsumsinya, mengingat efek kenyamanan aroma toilet yang akan terganggu. Itupun terima jadi, beli atau ada yang berbagi.
Demikian juga dengan sambal jengkol, yang pernah saya makan, sambal jengkol teri cabe ijo, khas hidangan di salah satu warung padang langganan.
Ceker mercon?
Sempat menduga, ceker digoreng krispi bertabur cabe bubuk, tapi...entahlah, yang jelas, namanya telah membuat saya penasaran akut dan memilihnya untuk jadi sasaran icip-icip.
Saat saya terima...hmm, kemasannya boleh juga.
Saat tutup dibuka...wowwww! Itu...itu...itu...biji cabe bertebaran seolah menantang untuk dibuktikan, semercon apa dia?
Baiklah.
Selenjer lontong bungkus daun pisang masih manis bertngger di meja, sisa sarapan tadi.
Hmm...ini cabenya bener-bener tua, kalau nggak salah jenis cabe rawit caplak, yang saat juda berwarna putih kemudian berangsur orange saat tuanya.
Kok tahu?
Lah, jelas kelihatan itu, soalnya cabe tidak digiling halus, terlihat seperti hanya dipotong-potong. Entah kalau itu hanya hiasan, sedang yang lain digiling halus.
Sebelumnya, saya singkirkan dulu biji-biji cabe yang seolah melotot itu ke pinggir piring.
Hmm, oke...siap membuktikan kemerconannya.
Ssss...ssss...ssss (Duh! Gimana sih redaksi ekspresi super pedas?) 
Cukup...satu lontong, satu ceker dulu, ini baru nyicip! Nanti dilanjut makan serius! Ada yang mau diselesaikan dulu.
Saat mau makan....O ow!
Hanya ada wadah dan sedikit bumbu berminyak yang tertinggal.
"Abi?"
Duh...duh, siganteng nyengir
"Dihabisin, ya?"
Nyengirnya ditambah ngangguk-nganguk.
Walaaaaah! Siapa yang dapat amanah nyicip, siapa yang makan beneran! Untunggggg masih ada rendang sisa sarapan.
Ikhlasssss, tapi besok-besok pesenin lagi, yaaaa. (ikhlas kok pake tapi )
Temen-temen penasaran juga?
Ssssst! Pesen aja langsung, ya, di sini

https://www.instagram.com/sambel_ranjau_shakyla/

Saturday, September 10, 2016

Majelis Taman Surga

Majlis dzikir adalah taman surga di dunia ini.
عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ رَضِي اللَّهُ عَنْهُ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِذَا مَرَرْتُمْ بِرِيَاضِ الْجَنَّةِ فَارْتَعُوا قَالُوا وَمَا رِيَاضُ الْجَنَّةِ قَالَ حِلَقُ الذِّكْرِ
Dari Anas bin Malik Radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,”Jika kamu melewati taman-taman surga, maka singgahlah dengan senang.” Para sahabat bertanya,”Apakah taman-taman surga itu?” Beliau menjawab,”Halaqah-halaqah (kelompok-kelompok) dzikir.” ( HR Tirmidzi, no. 3510 dan lainnya. Lihat Silsilah Al Ahadits Ash Shahihah, no. 2562.)
Dari Abu Waqid Al Laitsi, bahwa ketika Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam sedang duduk di dalam masjid, dan orang-orang bersama Beliau; tiba-tiba datanglah tiga orang. Dua orang mendatangi Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, yang satu pergi. Kedua orang tadi berhenti di hadapan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Yang satu melihat celah pada halaqah (lingkaran orang-orang yang duduk), lalu dia duduk padanya. Adapun yang lain, dia duduk di belakang mereka. Adapun yang ketiga, maka dia berpaling pergi. Setelah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam selesai, Beliau bersabda,”Maukah aku beritahukan kepada kamu tentang tiga orang tadi? Adapun salah satu dari mereka, dia mendekat kepada Allah, maka Allah-pun mendekatkannya. Adapun yang lain, dia malu, maka Allah-pun malu kepadanya. Dan Adapun yang lain, dia berpaling, maka Allah-pun berpaling darinya.” [HR Bukhari; Muslim, no. 2176.]
Sumber: https://almanhaj.or.id/3001-keutamaan-dan-bentuk-majlis-dzikir.htm
Sebagai orang yang berkesempatan mengikuti, kadang membimbing berbagai majelis, saya bisa merasakan perbedaannya, dan harus bisa menyesuaikan diri.
Saat mengelola majelis anak-anak, tentu beda dengan majelis remaja, dewasa atau orang tua. Majelis masyarakat awam, berpendidikan, ibu-ibu muda, ibu-ibu tua ataupun majelis pasangan suami istri.
Bagaimana kita harus bisa fleksibel dari sisi target pencapaian, metode dan pengelolaan waktu.
Yang jadi fokus adalah bagaimana mengupayakan peserta merasakan situasi taman surga selama dalam majelis dan harapannya, suasana itu akan terbawa sekeluarnya dari forum itu.
Suasana tenang, ingat Allah, merendahkan diri di hadapan hukum-hukum Allah, kasih sayang sesama anggota, peningkatan pemahaman dan kesadaran untuk lebih taat kepada Allah.
Teristimewa saat diamanahi majelis ibu-ibu sepuh, yang rata-rata usianya di atas 60an, serasa sedang bercerita dengan ibu sendiri. Tak ada nafsu untuk mengajari, hanya sekedar berbagi. Mereka tidak butuh diajari, hanya ingin diperhatikan dengan kasih sayang dan langsung dituntun dalam tindakan. Jangan mengharap mereka mencatat teori yang kita sampaikan, bukan lagi masanya. Lebih pas kalau diajak untuk banyak tadabur amalan-amalan yang sudah dilakukannya dan tafakur tentang persiapan untuk kehidupan yang kekal abadi.
Membimbing ibu-ibu sepuh sering membuat hati trenyuh, seakan sedang menyaksikan diri 10 atau 20 tahun ke depan. Sampaikah ke masa itu?

Monday, September 5, 2016

Berkenalan dengan Aplikasi MyJNE

Tidak salah, saya sudah berlangganan JNE sejak tahun 2013, baik sebagai pengirim maupun penerima. Lebih intens dalam pengiriman, sejak saya menerbitkan buku di awal tahun 2015, hingga sekarang. Tapi saya terusik ingin tahu tentang JNE saat mendapat undangan dari Komunitas Tapis Blogger Lampung untuk ikut dalam acara bincang santai dengan JNE pada hari Rabu, 30 Agustus 2016 di hotel Horison Bandarlampung.

Sebelum acara, saya menyempatkan googling tentang JNE, sekedar ada bahan saat pertemuan, tapi justru saya semakin respek dengan sepak terjangnya dan bersyukur dengan pilihan selama ini.

Dua hal yang mendasari pilihan jatuh pada JNE:

1. Mudah cek ongkir, hanya dengan klik google pencarian, dengan mengetik cek tarif/ongkir, langsung muncul kolom kota asal dan tujuan, klik cek tarif, langsug kita tahu berapa nominalnya. Hal ini sangat membantu saat pemesan buku menanyakan besarnya ongkos kirim, sehingga transaksi segera bisa dilaksnakan.

2. Hampir tidak pernah kecewa atas pelayanannya, dari ratusan kali pengiriman, hanya sekali saya mendapatkan komplen dari pelanggan karena kiriman belum sampai, lebih dari waktu perkiraan. Karena waktu itu belum ada aplikasi My JNE saya menghubungi konter tempat melakukan pengiriman, Pihak JNE segera mengapresiasi dan menelusuri, dimana posisi barang kiriman saya saat itu. Alhamdulillah, walaupun terlambat, barang sampai tujuan.

 Setelah pertemuan itu, saya semakin bersyukur dengan informasi tentang sepak terjang JNE yang kami dapatkan. Berbagai program yang disajikan untuk pelanggan benar-benar membuktikan bahwa JNE layak disebut perusahaan profesional di bidangnya, bahkan lebih dari itu, seakan JNE mampu membaca apa yang dibutuhkan pelanggan esok hari, sehingga telah menyiapkan berbagai perangkat yang sesuai kebutuhan. Saya juga mendapatkan informasi tentang aplikasi My JNE, dan tentu saja langsung download, karena mudah dan gratis.

Saya juga akan mendaftar menjadi anggota JNE Loyalty Card(JLC), layanan kartu anggota untuk pelanggan setia dengan berbagai keuntungan dan hadiah yang disediakan.

Saya sarankan bagi sahabat yang menggunakan android dan sering melakukan transaksi online, sebaiknya segera download aplikasi My JNE atau melalui aplikasi Play Store, gratis!

Dalam aplikasi ini kita bisa menggunakannya untuk keperluan:

1. Mengetahui kantor JNE terdekat dengan layanan JNE NEARBY.
2. Mengetahui estimasi tarif pengiriman dengan layanan JNE MY TARIF.
3. Untuk membuat order dari toko online dengan layanan MY COD
4. Cek status pengiriman dengan layanan MY SHIPMENT.

Jadi, tunggu apalagi? Mudahkan bisnis online kita dengan aplikasi MY JNE.

Sunday, September 4, 2016

Karena Lalai

Umur 51 tahun, wajarkah sering sakit-sakitan?

Banyak pendapat tentang itu.

Sebagian mengatakan wajar, yang lain tak sepakat, karena pada kenyataannya banyak yang usianya lebih dari itu masih sehat dan bugar.

Kondisi kesehatan di usia ini merupakan hasil dari pola hidup yang sudah dijalani selama 51 tahun. Baik itu dari modalnya, dalam artian perkembangan saat dalam kandungan, perawatan saat anak-anak dan pola hidup yang dipilih ketika dewasa. Artinya, apa yang kita rasa sekarang bukan semata-mata pola hidup satu dua bulan sebelumnya.

Jujur, saya termasuk bukan yang ideal dalam pola hidup sehat.

Dalam soal makan, walaupun tidak sembarangan makanan, tetap terjaga dari sisi halal dan thoyib, tapi dari variasi dan kecukupan gizi mungkin tidak memadai. Salah satu buktinya adalah berat badan di bawah standar ideal. Tidak mencukupi karena tidak imbang antara yang dikonsumsi dengan kebutuhan tubuh dalam beraktivitas.

Saya tidak rutin dan konsisten dalam berolah raga. Belum lagi masalah istirahat yang entah mencukupi kebutuhan atau justru jauh, mengingat begitu banyaknya saat-saat tidur yang sebenarnya ketiduran karena kelelahan.

Faktor hamil dan melahirkan yang berulang 7 kali dan menyusui 6 kali masing-masing rata-rata 2 tahun. Itu juga faktor yang layak dipertimbangkan.

Bekerja dan berpikir yang berat jika tidak diimbangi dengan asupan, olah raga dan istirahat yang memadai, tentu akan lebih mengganggu keseimbangan hidup dan berefek pada gangguan kesehatan.

Semoga dugaan ini tidak meleset, walau terlambat dalam menanganinya dan harapannya juga, tidak ada penyakit degeneratif yang begitu populer di zaman ini.

Cukuplah penyakit yang merakyat ini jadi sarana pengingat untuk memperbanyak istighfar dan mengingat kematian agar lebih bersemangat mempersiapkan bekal.