Mungkin terlambat. . . . . . . . tapi masih lebih baik.
Allah memberikan jalan hidayah kepada setiap manusia dengan caraNya
sendiri, yang sering kali diluar perhitungan dan logika manusia.
Logisnya, binaan mendapatkan jalan hidayah melalui pembina, murid
melalui guru, anak melalui orang tua, bawahan melalui atasan, dan seterusnya, tapi pada
kenyataannya tidak selamanya begitu. Banyak kutemukan kenyataan, bagaimana
Allah membalik logika tersebut, terutama yang sering terjadi pada diriku.
Mungkin karena ada karakter buruk pada diriku, sehingga Allah memberikan jalan
yang mengantarkan aku pada sebuah pemahaman yang sesungguhnya, bukan sekedar
teori atau mengutip ayat Al Quran, hadist atau hikmah dari para ulama, bahwa
memberikan hidayah pada manusia adalah haq sepenuhnya milik ALLAH, agar tak ada
kesombongan pada diri manusia sebagai perantara hidayah, karena memang sombong
adalah milik Allah semata.
Malu ! rasa itu yang menghampiri diriku saat
pertama aku merasakan pengalaman itu. Ketika aku membahas masalah ikhlas
sebagai solusi semua kejutekan dan kesempitan hidup, ada pernyataan dari salah satu peserta ta'lim,
mengutip dari ust. Arifin Ilham, semoga Allah merahmatinya, “ belum dikatakan
ikhlas bila kita belum mau bangun untuk sholat malam” . ngekkkkk! Menohok ulu
hatiku! Bukan apa apa, aku belum sempat berfikir kearah itu atau seluas itu,
aku hanya mengutip dari salah satu motivator kondang saat ini, dari yang aku terima dan aku fahami, baru
sebatas itu. Belum sempat mengembangkan dan mencari referensi lain, aku ingin
orang lainpun dapat merasakan yang aku rasakan, ketika bisa bebas dari
kejenuhan, kejutekan dan himpitan perasaan, ketika aku mampu merasakan
keikhlasan atas kehendak Allah, itu saja. Tapi Alhamdulillah, justru peringatan
seperti itu yang begitu mengena, dibandingkan dengan upaya dengan dibantu
program amalan harian yang disediakan, bahkan motivasi dari murobbi sekalipun.
Alhamdulillah tsumma Alhamdulillah.
Kejadian lain,
ketika salah satu binaanku curhat tentang suami yang kurang perhatian, susah
diajak komunikasi, kurang sayang, kurang mendukung untuk kemajuan istri, kurang
bekerja sama dalam mendidik anak dan sebagainya. Kemudian kukeluarkan nasehat yang
membuatnya begitu berterimakasih dan minta bantuan doa, “ ikhlaslah dengan apa
yang Allah berikan walaupun kau tak menyukainya maka kau akan mendapatkan apa
yang kau harapkan!” indah bukan ? dari mana aku dapatkan nasehat seindah itu?
Jujur, aku lupa, bahkan tidak tau. So, dimana masalahnya ? yes! Kau benar! Aku
belum sukses menjalankan nasehat itu , tapi karena itulah aku selalu teringat
dengan nasehat itu dan berusaha menyesuaikan sikapku dengan apa yang aku
nasehatkan.
Aku teringat Hasan Basri, seorang ulama yang tak diragukan lagi
keilmuan dan keimanannya, ketika beliau hanya bersedia menasehatkan suatu
kebaikan yang beliau sudah laksanakan, Subhanallah! Aku ingin seperti itu, tapi
kalau mau begitu, waaaah sangat sedikit apa yang bisa aku tularkan dan serukan
pada orang lain. Aku merasa cocok dengan konsep, belajar terus - - - >
lakukan yang bisa , sampaikan yang kau tau, ajak kebaikan bersama, kalau belum
bisa mencontohkan setidaknya jadi motivasi untuk menjadi baik bersama sama.
Semoga tidak salah, semua dalam proses.
No comments:
Post a Comment